Ketika Menulis, menjadi Sahabatku
Hari ini cuaca sedang tidak bersahabat dengan kondisi
tubuhku. Hujan hampir sepekan mengguyur kota Padang, sehingga flu dan
teman-temannya menyerang tubuh mungil ini. Tapi aku tidak patah arang untuk
segera menyelesaikan tulisan ini. Karena aku ingin tulisan ini mampu menjadi
inspirasi bagi siapapun yang akan membacanya nanti.
Aku adalah seorang
remaja putri yang beranjak dewasa, lahir dari rahim seorang bidadari Surga dan
ayah sang pahlawan tanpa kenal lelah, Yarnida dan Yusrizal yang ku panggil Ayang
dan Apa. Punggung Kasik, Kec. Lubuk Alung, Kab. Padang Pariaman, Sumbar
disitulah aku dilahirkan dan dibesarkan,
9 Agustus 1993 menjadi hari yang
sangat bersejarah dalam hidupku, hari
pertama aku membuka mata untuk dunia.
Ketika berumur lima tahun aku hampir kehilangan nyawaku, waktu itu kakak
pertamaku menutup wajahku dengan bantal ketika aku tidur, bruntung ibu segera
mengetahuinya, sehingga aku masih bisa hidup hingga sekarang. Terlambat sedikit
saja mungkin aku telah meninggal, begitu cerita ibu kepadaku.
Aku termasuk anak yang sering sakit-sakitan dan tergolong anak yang
sering berobat. Selain itu aku juga dikatakan pendiam dan tidak suka berkumpul
dengan teman untuk sekedar bercerita atau mengobrol ha-hal yang tidak penting, kecuali jika
menyangkut masalah pelajaran aku akan bergabung dengan teman-temanku.
Karena kebiasaan ini,
kadang aku merasa sendiri, tidak ada teman tidak ada sahabaat untukku berbagi
cerita. Menulis!! Itu pilihan yang akan aku ambil disaat aku merasa sedih,
marah, senang maupun cemas, tatkala tidak ada lagi tempat ku berbagi, buku dan
pena menjadi pelampiasan semua perasaanku. Ketika aku sedih, kertas-kertas yang
akan menjadi dermaga air mataku.
Aku termasuk
orang yang tidak terbuka kepada teman-temanku, tapi aku akan terbuka kepada
semua tulisan-tulisanku. Aku adalah satu dari sekian banyak anak-anak yang
tidak bisa mengungkapkan perasaanya secara langsung dengan lisan. Maka, dengan
menulis aku curahkan semua yang aku pendam. Sehingga aku menemukan suatu titik,
menulis adalah bagian dari hidupku, ketika menulis jadi pilihanku, aku seakan
mempunyai nyawa yang lain yang membuatku selalu hidup.
Aku punya 4 orang
saudara, 3 laki-laki dan seorang
perempuan. Ibuku termasuk ibu yang sangat pemarah dan ia juga tergolong
pendiam dan tidak banyak bicara. Karena alasan ini aku lebih memilih
menumpahkan perasaanku kepada kertas melalui pena. Aku biarkan pena
menyampaikan semua ungkapan perasaanku kepada kertas. Meski tidak ada satupun
orang yang mengetahui tentang tulisan ku, tapi aku berharap ketika aku telah pergi untuk
selama-lamanya, ada orang yang menemukan tulisan-tulisanku, sehingga mereka tau
bagaimana beratnya hidup yang aku alami.
Aku kadang merasa kesepian,
meski aku punya saudara perempuan tapi kami tidak akrab, kami sering bertengkar
sering selisih paham dan tidak pernah bersama-sama. Tapi aku sebenarnya
merindukan sosok kakak perempuan yang seperti dimiliki teman-temanku. Mereka
berbagi, bercerita, bergembira bersama kakak-kakaknya. Tapi beda halnya
denganku, aku tidak mendapatkan itu dari kakakku. Pernah aku ingin mengutarakan
niatku yang merindukan sosok kakak perempuan yang seperti dimiliki teman-temanku.
Tapi niat itu aku urungkan, aku akan memilih menulis keinginan tersebut pada
buku harianku, berharap suatu saat kakak ku menemukan buku itu dan membacanya,
sehingga dia tau betapa aku, adiknya merindukan
sosok saudara dan kakak perempuan yang selalu ada untuk adiknya. Apalagi
semenjak kakakku itu telah menikah, ia tidak tinggal dirumah lagi, ia ikut
pindah bersama suaminya, tentu ini membuatku tambah sendiri, tidak ada teman
dan tidak ada tempat ku berbagi cerita, atau melihat wajahnya saja aku sudah
jarang sekali.
Wajar saja aku
merindukan saudara perempuan tempat ku berbagi, Karena dia satu-satunya saudara
perempuanku. Selain kakakku, ibu adalah wanita lain yang ada dirumah. Tapi ibu
sangat pemarah, aku tidak berani bercerita banyak hal kepada ibu, karena aku
tau ibu tidak pernah memahami keadaanku. Ibu selalu melarang apa yang aku
kerjakan dengan alasan yang tidak aku inginkan. Maka pada saat-saat seperti ni
buku dan pena yang menjadi sahabatku, aku tumpahkan semua perasaanku kepada
kertas yang tidak pernah lelah menerima tulisanku, dan pena yang tidak pernah
mengeluh disaat aku seret untuk menuliskan isi perasaan dan pikiranku.
Aku hidup bukan
lingkungan yang kaya raya dan mencukupi. Bisa dikatakan aku hidup dibawah garis
kekurangan. Meski aku kurang dalam segi materil, tapi aku tidak ingin kurang
dalam semangat untuk menggapai cita-cita. Dari kecil aku telah bercita-cita
menjadi penulis yang terkenal se-Nusantara bahkan dunia. Aku ingin tulisan-tulisanku dibaca oleh semua orang, dan
tulisan itu yang akan dapat merubah
hidupku.
Aku sadar, tidak mudah
menjadi seorang penulis yang hebat. Tapi, menulis menjadi teman dan sahabat
yang setia bagiku. Menulis memberikan warna dalam hidupku, menulis adalah nyawa
dan darah dalam nadiku. Menulis menjadi tempat mencurahkan segala ide, rasa di hati
dan pikiranku. Ketika tidak ada yang mau mendengarkan ide-ideku, aku akan lebih
memilih menulis ide-ide tersebut. Meski tidak ada rang yang akan membacanya.
Menulis juga yang
membuatku mengerti dan megetahui, bahwa satu persatu keinginanku telah
terwujud. Karena hampir semua yang aku inginkan, aku tulis pada kertas dan aku
pajang di dinding kamarku. Sehingga ketika keinginan itu telah aku dapatkan aku
tinggal menandainya satu persatu. Aku adalah teman tulisanku, dan tulisan
adalah nyawaku, dan pena adalah nadi ku, kata-kata adalah hatiku.
Walaupun nanti aku tidak
akan jadi seorang penulis terkenal, karena aku tau tulisan ku tidak pernah
masuk kategori indah dan bersastra. Tapi, aku tidak akan berhenti menulis, aku
akan terus menulis meski hanya untuk koleksi pribadiku. Hanya dengan menulis
aku dapat menuangkan ide-ide dan perasaanku.
Salah seorang dosen
pernah mengatakan sesuatu kepadaku, “tulislah semua yang kau ingat, karena
itu akan menjauhkanmu dari pikun di saat tua.
Tulislah semua yang kau inginkan, karena tanpa sadar semua telah kau
dapatkan. Tulislah semua kesedihanmu, kerena itu akan membuat mu bahagia,
tulislah kebahagiaanmu karena dengan menulisnya kau akan selalu mengingatnya
disaat kau terluka, tulislah kesuksesanmu, agar kau bisa bangkit disaat terjatuh,
dan tuliskanlah masa-masa sulitmu dank kau akan tau kau bisa
melalui setiap masa sulit itu dan akan terus membuatmu maju, dan tulislah semua
peristiwa yang kau alami, meski peristiwa kecil sekalipun.
Kata-kata itu yang
membuatku ingin terus menulis-menulis dan menulis. Karena setelah aku sadari
ternyata benar apa yang dikatakan dosen tersebut. Sehingga dengan menulis aku
lebih merasa bersyukur.
Bagiku menulis menjadi
sahabat yang setia, yang selalu ada di setiap saat ketika aku butuh, yang tidak
akan protes setiap pikiran dan pendapatku, yang akan menyimpan semua rahasia ku
dengan rapat, yang akan menyembunyika setiap tulisanku. jikapun tulisan itu
suatu saat nanti diketahui orang lain, tapi tulisan akan memberikan semua ucapan yang jujur, tidak
seperti teman-teman yang kadang menceritakan semua yang pernah kuceritakan
kepadanya dan merubah-rubah setiap ceritaku kepda orang lain.
Dengan menulis aku tidak
akan menyakiti orang lain dengan lisanku. Diam adalah sesuatu pekerjaan yang
dianjurkan Nabi, ketka kita tidak bisa mengatakan sesuatu yang bermanfaat, maka
diam adalah hal yang terbaik, begitu maksud haditsnya. Hadits ini sejalan dengan
hadits lain yang mengataan “seorang mukmin tidak akan disebut mukmin bila
mukmin yang lain belum selamat dari lisan dan tangannya”, maka menulis adalah
pilihan yang tepat. Karena dengan menulis kita tidak akan menyakiti orang lain
dengan lisan dan tangan kita. Hanya dengan menulis kita dapat menuangkan semua
perasaan kita, kebahagian kita, kesedihan kita, dan sakit hati kita, tanpa ada
orang lain yang tersakiti oleh luapan hati dan perasaan tersebut.
Dengan tulisan ini aku
ingin sampaikan rasa rindu yang teramat dalam kepada kakakku, aku ingin dia tau
bahwa aku sangat rindu kepadanya. Aku ingin berbagi banyak hal dengannya. Aku
ingin menceritakan kesusahanku saat ini. Tapi kakak jauh, kakak tidak akan mau
mendengarkan setiap ceritanya, ia terlalu sibuk dengan pekerjaan dan anaknya. .
Oh tuhan, sampaikanlah tulisan ini kepada kakakku agar ia tau aku sangat merindukannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar