Jumat, 20 September 2013

DIAM dan MEMBISU

jangrik malam mulai merangkak,
menyusupi rorong2 sempit ,
berjalan dalam kegelapan,
berlari mencari cahaya,

mendapatkan setetes kemanisan,,
larut dalam kenikmatan,,
lalai akan tujuan,,
lupa akan keabadian,,

jangrik malam mulai menangis,,,
cahaya fana telah sirna,,,
kegelapan abadi datang menjelma,,,
menyesal tiada guna,,,

lari tiada berarti,,,,
sembunyi akan terlihat,,,,
tutupan wajah telah tersimbah,,,,
dan akhirnya hanya,,,,,,,,,,,,,,,
DIAM dan MEMBISU

Selasa, 17 September 2013

SOE HOK DIE (SOSOK INSPIRATIF)



Rounded Rectangular Callout: Soe Hok GieRounded Rectangular Callout: SOSOK INSPIRATIFBerkas:Soehokgie.jpgSoe Hok Gie (lahir di Djakarta, 17 Desember 1942 – meninggal di Gunung Semeru, 16 Desember 1969 pada umur 26 tahun) adalah salah seorang aktivis Indonesia dan mahasiswa Fakultas Sastra Universitas Indonesia Jurusan Sejarah tahun 19621969.
Soe Hok Gie menamatkan pendidikan SMA di Kolese Kanisius. Nama Soe Hok Gie adalah dialek Hokkian dari namanya Su Fu-yi dalam bahasa Mandarin (Hanzi: 蘇福義). Leluhur Soe Hok Gie sendiri adalah berasal dari provinsi Hainan, Republik Rakyat Cina.
Ia adalah seorang anak muda yang berpendirian yang teguh dalam memegang prinsipnya dan rajin mendokumentasikan perjalanan hidupnya dalam buku harian. Buku hariannya kemudian diterbitkan dengan judul Catatan Seorang Demonstran (1983).
Soe Hok Gie adalah anak keempat dari lima bersaudara keluarga Soe Lie Piet alias Salam Sutrawan. Dia adik kandung Arief Budiman atau Soe Hok Djin, dosen Universitas Kristen Satya Wacana yang juga dikenal vokal dan sekarang berdomisili di Australia.
Hok Gie dikenal sebagai penulis produktif di beberapa media massa, misalnya Kompas, Harian Kami, Sinar Harapan, Mahasiswa Indonesia, dan Indonesia Raya. Sekitar 35 karya artikelnya (kira-kira sepertiga dari seluruh karyanya) selama rentang waktu tiga tahun Orde Baru, sudah dibukukan dan diterbitkan dengan judul Zaman Peralihan (Bentang, 1995).
Juga skripsi sarjana mudanya perihal Sarekat Islam Semarang, tahun 1999 diterbitkan Yayasan Bentang dengan judul Di Bawah Lentera Merah. Sebelumnya, skripsi S1-nya yang mengulas soal pemberontakan PKI di Madiun, juga sudah dibukukan dengan judul Orang-orang di Persimpangan Kiri Jalan (Bentang, 1997).
Sebagai bagian dari aktivitas gerakan, Soe Hok Gie juga sempat terlibat sebagai staf redaksi Mahasiswa Indonesia, sebuah koran mingguan yang diterbitkan oleh mahasiswa angkatan 66 di Bandung untuk mengkritik pemerintahan Orde Lama.
Hok Gie meninggal di gunung Semeru tahun 1969 tepat sehari sebelum ulang tahunnya yang ke-27 akibat menghirup asap beracun di gunung tersebut. Dia meninggal bersama rekannya, Idhan Dhanvantari Lubis.

SOE HOK DIE (SOSOK INSPIRATIF)



Rounded Rectangular Callout: Soe Hok GieRounded Rectangular Callout: SOSOK INSPIRATIFBerkas:Soehokgie.jpgSoe Hok Gie (lahir di Djakarta, 17 Desember 1942 – meninggal di Gunung Semeru, 16 Desember 1969 pada umur 26 tahun) adalah salah seorang aktivis Indonesia dan mahasiswa Fakultas Sastra Universitas Indonesia Jurusan Sejarah tahun 19621969.
Soe Hok Gie menamatkan pendidikan SMA di Kolese Kanisius. Nama Soe Hok Gie adalah dialek Hokkian dari namanya Su Fu-yi dalam bahasa Mandarin (Hanzi: 蘇福義). Leluhur Soe Hok Gie sendiri adalah berasal dari provinsi Hainan, Republik Rakyat Cina.
Ia adalah seorang anak muda yang berpendirian yang teguh dalam memegang prinsipnya dan rajin mendokumentasikan perjalanan hidupnya dalam buku harian. Buku hariannya kemudian diterbitkan dengan judul Catatan Seorang Demonstran (1983).
Soe Hok Gie adalah anak keempat dari lima bersaudara keluarga Soe Lie Piet alias Salam Sutrawan. Dia adik kandung Arief Budiman atau Soe Hok Djin, dosen Universitas Kristen Satya Wacana yang juga dikenal vokal dan sekarang berdomisili di Australia.
Hok Gie dikenal sebagai penulis produktif di beberapa media massa, misalnya Kompas, Harian Kami, Sinar Harapan, Mahasiswa Indonesia, dan Indonesia Raya. Sekitar 35 karya artikelnya (kira-kira sepertiga dari seluruh karyanya) selama rentang waktu tiga tahun Orde Baru, sudah dibukukan dan diterbitkan dengan judul Zaman Peralihan (Bentang, 1995).
Juga skripsi sarjana mudanya perihal Sarekat Islam Semarang, tahun 1999 diterbitkan Yayasan Bentang dengan judul Di Bawah Lentera Merah. Sebelumnya, skripsi S1-nya yang mengulas soal pemberontakan PKI di Madiun, juga sudah dibukukan dengan judul Orang-orang di Persimpangan Kiri Jalan (Bentang, 1997).
Sebagai bagian dari aktivitas gerakan, Soe Hok Gie juga sempat terlibat sebagai staf redaksi Mahasiswa Indonesia, sebuah koran mingguan yang diterbitkan oleh mahasiswa angkatan 66 di Bandung untuk mengkritik pemerintahan Orde Lama.
Hok Gie meninggal di gunung Semeru tahun 1969 tepat sehari sebelum ulang tahunnya yang ke-27 akibat menghirup asap beracun di gunung tersebut. Dia meninggal bersama rekannya, Idhan Dhanvantari Lubis.

makalah kapita selekta ilmu dakwah

Objek, Sasaran dan Ruang Lingkup Dakwah, Ilmu Dakwah dan
Kapita Selekta Ilmu Dakwah
A.      PENDAHULUAN
            Dakwah adalah proses mengajak manusia kejalan Allah SWT dengan metode tertentu untuk eselamatan dunia kahirat. Ilmu dakwah adalah kumpulan kkaidah-kaidah dan dasar-dasar yang dengannya para da’I dapat menyampaikan islam kepada manusia serta mengajarkannya dan merealisasikannya dalam kehidupan. Sedangkan kapita selekta ilmu dakwah merupakan hal-hal yang dianggap penting dari sekian banyak hal dalam ilmu ddakwah tersebut. Seperti pengertian, unsure-unsur dakwah, tujuan dakwah, bentuk, metode, media ataupun materi yang akan diberikan. [1]

B.       Objek Dakwah  dan Objek Ilmu Dakwah 
             objek material ilmu dakwah adalah manusia sebagai pendakwah maupun mitra dakwah. Objek formalnya adalah penyampaian ajaran islam oleh pendakwah.


[1]Muhammad shulton. Kapita selekta ilmu dakwah: 2003. Hal.58
[2] M. Munir, 2009, manajement dakwah, kencana, jakarta, hal. 23
[3] Syekh Muhammad abu alfatah al bayanuni, ilmu dakwah: 2010 hal 30-31
[4] Moh. Ali aziz, ilmu dakwah,kencana, Jakarta:2009 hal 61

3 MINGGU KAMI DITELANTARKAN

"Kami kuliah ingin menuntut ilmu,bukan untuk bermain, dan sekedar bolak - balik kekampus" ujar salah seorang mahasiswa. kata-kata seperti ini mereka lontarkan sebagai pelampiasan rasa amarah mereka karena 3 minggu kuliah, 4 dosen yang mengajar mata kuliah jurusan belum sekalipun menengok mereka kekelas. 

menjadi mahasiswa yang berkompeten dibidangnya, mungkin itulah harapan setiap dosen. Namun hal ini tampaknya tidak akan terwujud kepada mahasiswa jurusan komunikasi penyiaran fakultas Dakwah IAIN IB semester V. Pasalnya empat orang dosen mereka yang mengajar pada matakuliah jurusan yang seharusnya lebih difokuskan belum sekalipun menampakkan diri dihadapan mahasiswa KPI semester V. 

Dengan berbagai alasan dosen tersebut berdalih. Diminggu pertama ada yang berdalih belum melihat jadwal kuliah. Diminggu kedua ada yang beralasan bahwa belum mempunyai bahan ajar perkuliahan, dan diminggu ketiga ada yang beralasan jadwal tidak sesuai dengan mereka. Tentunya ini alasan yang tak dapat diterima ujar salah seorang mahasiswa KPI semester v yang tidak ingin disebut namanya.

Berharap kedepannya kampus, fakultas dan jurusan bisa lebih baik lagi, agar mampu mencetak mahasiswa yang sesuai dengan bidangnya. ujar mahasiswa lain.(VG)

Senin, 16 September 2013

Strategi Dakwah Syekh Ibrahim Musa Dalam Pembaharuan Islam di Minangkabau (Dalam Perspektif Komunikasi Massa)


ABSTRAK

Nama           : Tomi Hendra
Nim              : 209. 118
Jurusan       : Komunikasi Penyiaran Islam
Fakultas       : Dakwah IAIN Imam Bonjol Padang
Judul            : Strategi Dakwah Syekh Ibrahim Musa Dalam Pembaharuan Islam di Minangkabau (Dalam Perspektif Komunikasi Massa)
Tebal            : V + (jumlah) halaman

Perkembangan teknologi komunikasi telah membawa perubahan zaman, ditandai dengan munculnya beragam media mutakhir dalam menyebarkan beragam ide yang dapat mempengaruhi perilaku dan budaya komunikasi, baik individu, kelompok dan massa. Perkembangan media komunikasi tersebut menjadi tantangan dalam pelaksanaan dakwah Islam. Di sisi lain, perkembangan itu dapat digunakan sebagai media dakwah. Agar pesan dapat menarik minat pembaca maka pesan yang disampaikan harus menggunakan bahasa yang mudah dipahami serta dapat membangkitkan kebutuhan pembaca terhadap pesan yang disampaikan, pesan yang disampaikan juga harus memberikan ketenangan dan kesejukan kepada hati para pembaca dan memberikan solusi terhadap peristiwa yang diungkap. Itulah yang dilakukan oleh Kh. Ahmad Dahlan dalam mengembangkan dakwah Islam. Kh. Ahmad Dahlan tidak bisa menerima situasi umat Islam yang mengalami kemunduran, baik kemunduran dari sisi pemikiran maupun mundur dalam sosial, ekonomi dan kemasyarakatan. Inilah yang menjadi esensi perjuangan Kiai Ahmad Dahlan, hanya menggunakan media yang ada pada saat itu. Selagi media itu bermanfaat, tidak memandang media itu buatan kafir atau muslim karena media hanyalah alat.
            Skripsi dengan judul, strategi dakwah syekh ibrahim musa dalam pembaharuan islam (dalam perspektif komunikasi massa)ini betujuan untuk mengetahui apa strategi dakwah syekh ibrahim musa dalam pembaharuan islam di minang kabau Dengan menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif ini dengan jenis penelitian análisis isi (content análisis), yaitu prosedur sistematis yang dirancang untuk mengkaji setiap yang terekam atau penelitian yang mempelajari isi media untuk mendapatkan gambaran isi, karakteristik pesan, dan perkembangan dari suatu isi.
            Hasil penelitian ditemukan bahwa strategi Kh. Ahmad Dahlan lebih menekankan pada aspek pendidikan. Kh. Ahmad Dahlan ingin mengadakan perubahan paradigma berpikir masyarakat karena dilihat bahwa umat Islam di Kauman dan nusantara sedang mengalami kemunduran di bidang pendidikan, sosial, dan ekonomi. Penyebab kemunduran itu dikarenakan pendidikan masyarakat yang masih rendah. Kalaupun para kiai di Kauman saat itu memiliki pengetahuan agama yang tinggi, namun masih bersifat taklid. Maka dari itu, untuk mengadakan perubahan, Kh. Ahmad Dahlan memilih mengembangkan dakwah Islam melalui pendidikan, bergabung dengan organisasi budi utomo, aktif mengajar di Kweekschool, mengadakan pengajian di Langgar Kidul, mendirikan Madrasah Ibtidaiyyah Mu’alimin, dan mendirikan Perkumpulan Muhammadiyah.