PRINSIP-PRINSIP
DAKWAH DAN HAL-HAL YANG BERKAITAN DENGAN DAKWAH
Oleh:
Wendra, Desi &Watil
A.
PENDAHULUAN
Dakwah
adalah mengajak manusia dengan cara bijaksana kepada jalan yang benar sesuai
dengan perintah tuhan untuk keselamatan dan kebahagian mereka didunia dan di
akhirat. Untuk keberhasilan kegiatan Dakwah tentu ada beberapa faktor atau hal yang harus diperhatikan demi
terwujudnya tujuan dakwah, terutama oleh para Da’i, dari segi persipan Da’i itu
sendiri, pesan yang ia sampaikan dan bagaimana ia menyesuaikan diri dengan
lingkungan Mad’u nya. Disini pemakalah
mencoba menguraikan apa itu sebenrnya Dakwah, dan faktor-faktor apa saja yang
bisa menunjang keberhasilan Dakwah itu sendiri.
B.
PEMBAHASAN
1. Makna Dakwa
Diantara
makna dakwah secara bahasa adalah[1]:
a.
An-Nida artinya memanggil
b.
Ad-du’a ila sya’i, artinya Menyeru dan
mendorong pada sesuatu
c.
Ad- -da’wat ila qadhiyat, artinya
menegaskan atau membelanya baik yang terhadap hak ataupun yang batil, yang positif
maupun yang negatif
d.
Suatu usaha berupa perkataan atau
perbuatan untuk menarik manusia kesuatu aliran atau agama tertentu
e.
Memohon dan meminta yang sering dengan istilah berdoa
Makna dakwah menurut para ahli[2]:
a.
Abu Bakar Zakaria
Dakwah adalah usaha para ulama dan
orang-orang yang memiliki pengetahuan agama Islam untuk memberikan pengajaran
kepada khalayak umum sesuai dengan kemampuan yang dimiliki tentang hal-hal yang
mereka butuhkan dalam urusan dunia dan keagamaan.
b.
Syekh Muhammad al-Rawi
Dakwah adalah pedoman hidup yang
sempurna untuk manusia beserta ketetapan hak dan kewajibannya.
c.
Syekh Ali bin Salih al-Mursyid
Dakwah adalah sistem yang berfungsi menjelaskan
kebenaran, kebajikan, dan petunjuk agama, sekaligus menguak berbagai kebathilan
beserta media dan metodenya melalui sejumlah teknik, metode, dan media yang
lain.
d.
Syekh Muhammad al-Khadir Husain
Dakwah adalah
menyeru manusia kepada kebajikan dan petunjuk serta menyuruh kepada kebajikan
dan melarang kemungkaran agar mendapat kebahagiaan didunia dan diakhirat.
e.
Syekh Muhammad al-Ghazali
Dakwah adalah
program sempurna yang menghimpun semua pengetahuan yang dibutuhkan oleh manusia
disemua bidang,agar ia dapat memahami tujuan hidupnya serta menyelidiki
petunjuk jalan yang mengarahkannya menjadi orang-orang yang mendapat petunjuk.
f.
Prof. Toha Yahya Omar, M.A
Dakwah adalah mengajak manusia dengan cara yang
bijaksana kepada jalan yang benar sesuai dengan perintah tuhan, untuk
keselamatan dan kebahagiaan mereka didunia dan diakhirat.[3]
g.
Prof. A Hasjmi
Dakwah adalah mengajak orang lain untuk
meyakini dan mengamalkan aqidah dan syariah Islamiyah yang terlebih dahulu
telah diyakini dan diamalkan oleh pendakwah sendiri.
h.
Syaikh Ali Mahfudz
Dakwah adalah memotivasi manusia untuk berbuat
kebajikan, mengikuti petunjuk, memerintahkan kebaikan dan mencegah kemungkaran
agar mereka memperoleh kebaikan didunia dan diakhirat.
i.
M. Natsir
Dakwah adalah usaha-usaha menyerukan dan
menyampaikan kepada perorangan manusia dan seluruh umat manusia konsepsi Islam
tentang pandangan dan tujuan hidup manusia didunia ini, dan yang meliputi al-amar bi al-ma’ruf an-nahyu an al-munkar
dengan berbagai macam cara dan media yang diperbolehkan akhlak dan membimbing
pengalamannya dalam peri kehidupan masyarakat dan peri kehidupan bernergara.
j.
Prof.H.M. Arifin, M.Ed.
Dakwah sebagai suatu kegiatan
ajakan baik dalam bentuk lisan, tulisan, tingkah laku dan sebagainya yang
dilakukauan secara sadar dan berencana dalam usaha mempengaruhi orang lain baik
secara individual maupun secara kelompok agar timbul dalam dirinya suatu
pengertian kesadaran, sikap, penghayatan, serta pengamalan terhadap ajaran
agama sebagai message yang disampaikan kepadanya dengan tanpa adanya
unsur-unsur pemaksaan.
Makna dakwah sangat luas. Tak
sekadar berceramah, bahkan terkadang tidak harus dengan mengajak. Melalui
keteladanan, akhlak dan perilaku baik, bisa jadi kita telah berdakwah dan
mendapat pahala-Nya[4].
Lafaz dakwah sering disebut dalam
Al-Qur'an dan As-Sunnah. Maka untuk memahami arti dakwah, baik secara bahasa
maupun istilah, kita perlu memahami maksud penggunaan lafaz dakwah dalam
Al-Quran maupun As-Sunnah.
a)
Dakwah
= Perintah
Meminta dengan sangat untuk memenuhi
seruandisambut ataupun tidak permintaan itu. Permintaan ini berkaitan dengan
keyakinan, perkataan dan amal perbuatan. Hai orang-orang yang beriman,
penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul apabila Rasul menyerumu kepada sesuatu
yang memberi kehidupan kepadamu...(QS Al-Anfal [8]: 24).
b)
Dakwah
= Undangan
Dari Jabir ra bahwa Rasulullah saw
bersabda, Jika salah seorang kalian diundang makan (duiya) maka datanglah
(memenuhi undangan). Jika ia mau makan maka makanlah dan jika tidak mau makan
maka tinggalkan/tidak menyantapnya, (HR Muslim, No. 3518).
c)
Dakwah
= Permintaan
Mereka berkata, 'Mohonkanlah kepada
Tuhanmu untuk kami agar Dia menjelaskan kepada kami tentang (sapi betina) itu.'
Musa menjawab, 'Allah berfirman bahwa sapi betina itu tidak tua dan tidak muda,
(tetapi) pertengahan antara itu. Maka kerjakanlah apa yang diperintahkan
kepadamu,' (QS
Al-Baqarah [2]: 68).
d) Dakwah = Istighasah
Berdoalah
kepada Tuhanmu dengan rendah hati dan suara yang lembut. Sungguh, Dia tidak
menyukai orang-orang yang melampaui batas, (QS Al-Araf [7]: 55).
Rasulullah saw bersabda, "Tidak
berdoa seorang Muslim dengan suatu doa yang doanya itu tidak dicampuri sesuatu
maksud jahat atau memutuskan silaturrahim, melainkan pastilah doa itu
diperkenankan Tuhan dengan memenuhi satu dari tiga cara. Ada kalanya doa itu
diterima dengan segera, adakalanya disimpan dahulu untuk persediaannya di
akhirat, dan adakalanya dipalingkan daripadanya kejahatan yang
seumpamanya."
e)
Dakwah
= Seruan
Dari Jabir bin Abdillah ra,
Rasulullah saw bersabda, Barangsiapa yang mengatakan tatkala mendengar seruan
(azan): Allahuma Rabba hadzihi ad-dawah ataamah wa sholatul qooimah aati
muhammadan alwasilah wal fadzilah wab-atshu maqoman mahmudan aladzi waadtahu
(Ya Allah Rabb yang menguasai seruan yang sempurna ini dan shalat yang akan
didirikan ini, berilah Muhammad wasilah dan keutamaan dan utuslah beliau ke
tempat yang terpuji seperti yang Engkau janjikan), maka orang tersebut pasti
mendapatkan syafaat dariku kelak di hari kiamat, (HR Bukhari, No. 614).
II. Keutamaan
Dakwah[5]
Allah dan Rasul
membeikan perhatian khusus kepada para Da’i, dan Allah telah memberikan
gambaran tentang orang-orang yang berdakwah di jalannya, sebagai orang yang
paling baik perkataannya. Hal ini tertuang dalam firman-Nya QS. Fushilat(41):33
وَمَنْ أَحْسَنُ قَوْلا مِمَّنْ دَعَا إِلَى اللَّهِ وَعَمِلَ
صَالِحًا وَقَالَ إِنَّنِي مِن الْمُسْلِمِين
Arinya : Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru
kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh dan berkata: "Sesungguhnya aku
termasuk orang-orang yang berserah diri?".( QS. Fushilat(41):33)
Ayat tersebut mengingatkan kepada
para dai dan memberikan sanjungan kepada
mereka, bahwasanya tidak ada seorangpun yang lebih baik perkataannya daripada
mereka, terutama para Rasul, kemudian para pengikutnya, sesuai dengan tingkatan
mereka dalam dakwah ilmu, dan keutamaan.
Rasulullahpun telah memberikan
kabar gembira kepada para da’i bahwa barang siapa yang mengajak suatu kaum
kepada kebaikan, maka dirinya akan memperoleh pahala, sebanyak pahala
orang-orang yang mengikuti seruannya tersebut, tanpa mengurangi pahala orang
yang bersangkutan tentunya.
Dari ibnu Uqbah bin Amr Al-Anshri Al-Badri, ia berkata:
rasulullah bersabda: “barang siapa yang menunjukan kepada kebaikan, maka ia
memperoleh pahala seperti pahala orang-orang yang melakukan kebaikan itu.”
(HR. Muslim)
Dakwah merupakan tugas mulia, dan barang siapa yang mengerjakan Dakwah,
maka ia termasuk orang-orang yang beruntung, firman Allah Q.S Ali-Imran: 104
`ä3tFø9ur öNä3YÏiB ×p¨Bé& tbqããôt n<Î) Îösø:$# tbrããBù'tur Å$rã÷èpRùQ$$Î/ tböqyg÷Ztur Ç`tã Ìs3YßJø9$# 4 y7Í´¯»s9'ré&ur ãNèd cqßsÎ=øÿßJø9$# ÇÊÉÍÈ
Artinya:
Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan,
menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar[6];
merekalah orang-orang yang beruntung.
Banyak ayat Al-Quran dan hadits Rasulullah saw yang
mengemukakan fadhail (keutamaan) dakwah yang sangat mulia. Dengan mengetahui,
memahami, dan menghayati keutamaan dakwah ini seorang muslim akan termotivasi
secara kuat untuk melakukan dakwah. Mengetahui keutamaan dakwah termasuk faktor
terpenting yang mempengaruhi konsistensi seorang muslim dalam berdakwah dan
menjaga semangat dakwah, karena keyakinan terhadap keutamaan dakwah dapat
menjadikannya merasa ringan menghadapi beban dan rintangan dakwah. Beberapa
keutamaan dakwah adalah[7]:
1.
Dakwah adalah Muhimmatur Rusul
(Tugas Utama Para Rasul alaihimussalam)
Para
rasul alaihimussalam adalah orang yang diutus oleh Allah swt untuk melakukan
tugas utama mereka, yakni berdakwah kepada Allah. Keutamaan dakwah
terletak pada disandarkannya kerja dakwah ini kepada manusia yang paling
utama dan mulia yakni Rasulullah saw dan saudara-saudara beliau para nabi &
rasul alaihimussalam.
قُلْ
هَذِهِ سَبِيلِي أَدْعُو إِلَى اللَّهِ عَلَى بَصِيرَةٍ أَنَا وَمَنِ اتَّبَعَنِي
وَسُبْحَانَ اللَّهِ وَمَا أَنَا مِنَ الْمُشْرِكِينَ
Artinya : Katakanlah
(Hai Muhammad): "Inilah jalanku: aku dan orang-orang yang mengikutiku
berdakwah (mengajak kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata, Maha
Suci Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik". (Yusuf
(12): 108).
2.
Dakwah adalah Ahsanul A’mal
(Amal yang Terbaik)
Dakwah adalah amal yang terbaik, karena da’wah memelihara
amal Islami di dalam pribadi dan masyarakat. Membangun potensi dan memelihara
amal sholeh adalah amal da’wah, sehingga da’wah merupakan aktivitas dan amal
yang mempunyai peranan penting di dalam menegakkan Islam. Tanpa da’wah ini maka
amal sholeh tidak akan berlangsung.
وَمَنْ أَحْسَنُ قَوْلاً مِّمَّن
دَعَا إِلَى اللَّهِ وَعَمِلَ صَالِحًا وَقَالَ إِنَّنِي مِنَ الْمُسْلِمِينَ
Artinya : Siapakah
yang lebih baik perkataannya daripada orang yang berdakwah (menyeru) kepada
Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: "Sesungguhnya aku
termasuk orang-orang yang menyerah diri?" (Fushilat (41): 33).
3. Para
da’i akan memperoleh balasan yang besar dan berlipat ganda (al-hushulu ‘ala
al-ajri al-‘azhim).
قَالَ رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم لِعَلِيٍ:
فَوَاللَّهِ لَأَنْ يَهْدِيَ اللَّهُ بِكَ رَجُلاً خَيْرٌ لَكَ مِنْ أَنْ يَكُونَ لَكَ حُمْرُ النَّعَمِ. رواه البخاري ومسلم وأحمد
“Sabda Rasulullah saw kepada Ali bin Abi Thalib: “Demi
Allah, sesungguhnya Allah swt memberikan hidayah kepada seseorang dengan
(da’wah)mu, maka itu lebih baik bagimu dari unta merah.” (HR. Bukhari, Muslim
& Ahmad).
3. Da’wah dapat menjadi penyelamat dari
azab Allah swt (An-Najatu minal ‘Azab)
Da’wah
yang dilakukan oleh seorang da’i akan membawa manfaat bagi dirinya sebelum
manfaat itu dirasakan oleh orang lain yang menjadi objek dawahnya (mad’u).
Manfaat itu antara lain adalah terlepasnya tanggung jawabnya di hadapan Allah
swt sehingga ia terhindar dari adzab Allah.
4. Da’wah adalah Jalan Menuju Khairu
Ummah
Rasulullah
saw berhasil mengubah masyarakat jahiliyah menjadi umat terbaik sepanjang zaman
dengan dakwah beliau. Dakwah secara umum dan pembinaan Da’i sebagai asset SDM
dalam dakwah secara khusus adalah jalan satu-satunya menuju terbentuknya khairu
ummah yang kita idam-idamkan. Rasulullah saw melakukan tarbiyah mencetak
kader-kader dakwah di kalangan para sahabat beliau di rumah Arqam bin Abil
Arqam ra, beliau juga mengutus Mush’ab bin Umair ra ke Madinah untuk membentuk
basis dan cikal bakal masyarakat terbaik di Madinah (Anshar).
III.
Faktor-faktor keberhasilan Dakwah[8]
a.
Melakukan persiapan
Dalam
permulaannya, dakwah harus disempurnakan persiapannya dan harus ditilik latar
belakangnya, pengumpulan kekuatannya, dan menjaga hal-hal yang dibutuhkan oleh
situasi, kondisi dan fakta yang ada.
b.
Ikhlas
Dari
garis ikhlas ini dakwah dapat berjalan setelah beberapa pendahuluan dan
pelajaran ini, maka berjalanlah modal utama dakwah dan penuntunnya yang berupa
ikhlas dan pasrah diri (tawakal) kepada Allah.
c.
Pemahaman yang mendalam
Sebelum
seorang da’I terjun kelapangan, alangkah akan baiknya bila terlebih dahulu da’I
tersebuut memiliki pemahaman yang kuat dengan apa yang akan disampaikannya. Hal
ini agar nantiny ada’I itu tidak salah dalam menyampaikan pesan- pesan ke pada
mad’unya.
d.
Keimanan yang kuat
Iman adalah kekuatan dari
segala- galanya. Bila iman kuat maka da’I akan mampu bertahan dalam kondisi dan
situasi apapun dalam berdakwah.
e.
Kecintaan yang kukuh
Dakwah tidak akan berhasil bila
da’I tidak menaruh perhatian yang besar kepada mad’unya.
f.
Kesadaran yang sempurna
Kesadaran yang sempurna yang
dimaksud adalah bahwa tugas yang diemban oleh da’I adalah dia sebagai penyampai
pesan- pesan keagamaan, jadi tidak mungkin dia bermain- main dalam hal itu.
g.
Kerja yang kontiniu
Dakwah tidak akan berhasil
dalam waktu sehari atau sekali sampai saja. Tapi dakwah yang berhasil adalah
dakwah yang dilakukan berulang – ulang dan terus menerus.
IV.
Keberhasilan Dakwah Rasulullah
Rasulullah SAW
adalah manusia teladan. Seyogyanya kita sebagai seorang muslim menjadikan
beliau idola. Kita juga harus selalu berusaha mencontoh kepribadian yang baik
yang ada dalam dirinya. Allah SWT berfirman dalam Al-Quran Surat Al Ahzab/33:21
لَقَدْ كَانَ
لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ
وَالْيَوْمَ الآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا
Artinya : Sesungguhnya telah ada pada
(diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang
mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut
Allah. [QS. Al Ahzab/33:21]
Seorang da’i hendaknya memperhatikan siroh beliau. Darinya
kita akan menemukan kesungguhan dan upaya Rasulullah SAW yang tidak pernah
kenal lelah dalam gerak da’wahnya. Sebagai seorang manusia, Rasulullah tentu
memiliki sifat manusiawi yaitu rasa sedih terhadap da’wah beliau yang tidak
diterima oleh orang kafir, namun karena beliau dapat mengontrol dirinya, maka
da’wah Islam terus berjalan. Allah SWT menggambarkan kepribadian beliau dalam
firman-Nya surat At Taubah/9:128
لَقَدْ
جَاءَكُمْ رَسُولٌ مِنْ أَنْفُسِكُمْ عَزِيزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ حَرِيصٌ
عَلَيْكُمْ بِالْمُؤْمِنِينَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ
Artinya : Sungguh telah datang kepadamu
seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat
menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, Amat belas kasihan lagi
Penyayang terhadap orang-orang mukmin. (QS. At
taubah/9:128)
فَلَعَلَّكَ بَاخِعٌ
نَفْسَكَ عَلَى آثَارِهِمْ إِنْ لَمْ يُؤْمِنُوا بِهَذَا الْحَدِيثِ أَسَفًا
Artinya : Maka
(apakah) barangkali kamu akan membunuh dirimu karena bersedih hati setelah
mereka berpaling, Sekiranya mereka tidak beriman kepada keterangan ini
(Al-Quran). [QS. Al Kahfi/18:6]
Selain kepribadian di atas, Rasulullah SAW juga adalah
seorang utusan yang merupakan sosok pengamal ajaran Islam yang paling sempurna.
Rasulullah SAW memiliki akhlak yang mulia. Kemuliaan akhlaq beliau tertulis
dalam firman Allah SWT surat Al Qolam/68:4:
وَإِنَّكَ لَعَلى خُلُقٍ عَظِيمٍ
Artinya : ”Dan Sesungguhnya kamu
benar-benar berbudi pekerti yang agung” [QS. Al
Qolam/68:4]
Rasulullah SAW tidak pernah cacat di masyarakatnya. Selain
karena terlahir dari keluarga mulia, Nabi Muhammad SAW juga selalu dikenal
hanya mengerjakan perbuatan yang mulia saja. Beliau memiliki prestasi yang
diakui oleh ummatnya sejak usia belia.
Faktor kesempurnaan Islam dan kepribadian Rasulullah SAW
memungkinkan lahirnya faktor utama yaitu faktor “kebersamaan Allah SWT dan
pertolongan-Nya” yang memang hal itu telah menjadi janji Allah SWT yang
tertulis dalam Al-Quran surat Muhammad/47:7:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنْ تَنْصُرُوا اللَّهَ
يَنْصُرْكُمْ وَيُثَبِّتْ أَقْدَامَكُمْ
Arinya : “Hai orang-orang mukmin, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia
akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu..” [QS.
Muhammad/47:7]
Ayat di atas sama dengan ayat 40 dalam Surat Al-Hajj. Dalam
Surat Al-Hajj ayat 40 itu tertera sifat Allah yaitu Allah Maha Kuat dan Maha
Perkasa. Allah menyatakan diri-Nya memiliki sifat Mahakuat dan Mahaperkasa.
Dengan kekuatan-Nya, Allah menciptakan segala sesuatu lalu menetapkan kadarnya,
dan dengan keperkasaan-Nya tidak ada yang dapat memaksa-Nya dan tidak ada pula
yang dapat mengalahkan-Nya. Bahkan segala sesuatu tunduk dan membutuhkan-Nya.
Dan siapa yang ditolong Yang Mahakuat dan Mahaperkasa, maka dia pasti menang
dan musuhnya pasti kalah. Pertolongan Allah SWT akan datang tatkala hamba-Nya
menolong agama-Nya. Allah selalu bersama orang-orang yang senantiasa menegakkan
Islam. Sebagai seorang mu’min hendaknya kita selalu tegar dalam menghadapi para
musuh Allah. Sesungguhnya mereka semua tidak ada apa-apanya di mata Allah.
Setelah kita meyakini benar bahwa Islam adalah agama yang Haqq kemudian kita
merealisasikannya dalam perbuatan kita dan senantiasa berda’wah dalam rangka
menolong agama Allah ini, maka insya Allah pertolongan-Nya akan datang.
C.
PENUTUP
Kami menyadari bahwa makalah kami masih jauh dari
kesempurnaan, untuk itu kami sangat berbesar hati jika ada dari teman-teman
semua yang mau memberi penambahan ataupun kritikan demi lebih bagusnya makalah untuk
selanjutnya semoga ilmu yang kami sajikan dapat diambil manfaatnya, terimaksih,
Wassalam…
DAFTAR BACAAN
Drs.
Samsul Munir Amin, M.A, ilmu dakwah,
Amzah:jakarta,2009.
Fathul
Bahri an-Nabiry, Amzah, jakarta:2008.
http://www.ummi-online.com/berita-198-apa-makna-dakwah-kita.html
http://ikadi.or.id/artikel/fiqh-dakwah/733-keutamaan-dakwahfadhailaddawah.html
http://bintuahmad.wordpress.com/2012/05/16/faktor-faktor-keberhasilan-dawah-rasulullah-saw/
Juma’ah
Amin Abdul azis, Fiqih Dakwah, Era Intermedia, Solo:2005.
Prof.Dr.Moh.
Ali azis, Mag, ilmu dakwah, kencana:2004.
Sayyid Muhammad Alwi
al-maliki al-hasani, kiat sukses berdakwah, al-haramah II ath-thaba’ah wa
An-Nasyr wa at- tauzi,Amzah, jakarta.
[1]
Juma’ah Amin Abdul azis, Fiqih Dakwah, Era Intermedia, Solo:2005, hal 24.
[2]
Prof.Dr.Moh. Ali azis, Mag, ilmu dakwah, kencana:2004, hal 11.
[3] Drs. Samsul Munir Amin, M.A, ilmu dakwah, Amzah:jakarta,2009, hal 3
[4]
http://www.ummi-online.com/berita-198-apa-makna-dakwah-kita.html
[5]
Fathul Bahri an-Nabiry, Amzah, jakarta:2008, hal 63
[6] Ma'ruf: segala perbuatan yang mendekatkan kita kepada
Allah; sedangkan Munkar ialah segala perbuatan yang menjauhkan kita dari
pada-Nya
[8]
Sayyid Muhammad Alwi al-maliki al-hasani, kiat sukses berdakwah, al-haramah II
ath-thaba’ah wa An-Nasyr wa at- tauzi,Amzah, jakarta:2006 hal 3
Tidak ada komentar:
Posting Komentar