Rabu, 17 Juni 2015

FIQIH DAKWAH

MEMBESARKAN HATI SEBELUM MEMBERI ANCAMAN
Oleh : Andi & Juni

A.      PENDAHULUAN
 Jiwa manusia, sebagaimana dia ditundukkan dengan cara memberi dorongan, dia juga harus ditundukkan dengan cara diberi peringatan dan ancaman .Karena peringatan ini akan mampu menjauhkan mereka dari perbuatan hina dan tercela, yakni setelah tumbuh dalam jiwa merka rasa takut akan akibat yang akan menimpanya. Dia juga akan terdorong untuk berbuat keutamaan, karena takut terlambat dan kehilangan kesempatan. 
Sering kali kita lihat para da’i pada saat ini yang kurang memperhatikan audien dalam memberikan dakwah,sebetulnya kita harus memberikan terlebih dahulu arahan untuk memggugah hati mereka karena jika sudah diawali dengan semangat maka sudah barang tentu audien senang mendengarkan pengarahan dari dai karena hati sudah dihiasi dengan islam.
Oleh karena itu ,kita sebagai seorang dai harus mempelajari dan memahami bagaimana cara kita menghadapi audien dimasyarakat nantik yaitu memberikan terlebih dahulu  kabar gembira sebelum memberikan ancaman kepada mereka ,melalui makalah kami ini ,kami akui sangat banyak kekurangan yang terdapat dalm makalah ini yang berhubungan referensi yang kami temui dalam topic ini tidak seberapa ,maka dari itu kami berusaha untuk mencoba menyelesaikan makalah kami ini sesuai dengan kemampuan makalah





B.       PEMBAHASAN
Kabar gembira sebelum ancaman
a)         Wajib bagi seorang da’I untuk mendahulukan bisyarah atau targhib (kabar gembira) sebelum nadzarah atau tarhib (ancaman).
b)        Cobalah kamu hidup bersama Al-Qur’an maka kamu akan mendapatkan kegembiraan, meskipun kemudian disertai dengan nadzarah
c)          Seorang da’i semestinya terlebih dahulu memberikan khabar gembira kepada mad’u untuk beramal dengan ikhlas sebelum memberikan ancaman tentang bahaya riya’[1]

1.         Metode Maw’izhah al-Hasanah[2]
Kata maw’uizah berarti memberi nasehat , yaitu memberi peringatan kepada sesorang yang bisa membawa taubat kepada allah dan baik perjalananya . ibrahim Mustafa mengemukakan dengan nasehat,peringatan dengan adanya ‘ikab, menyaruh dengan ketaatan dan berwasiat dengan baik melalui perbuatan maupun dalam bentuk perbuatan.
Sedangkan menurut ‘abdul al-rahim mengemukakan bahwa mauizah adalah peringatan yang baik yang denganya dapat melembutkan hati yaittu melunakkan hati yang kasat ,meneteskan air mata yang beku dan memperbaiki amal yang rusak, Sayyid Quthb mengemukakan juga  bahwa metode mauizah al hasanah adlah dakwah yang mampu meresab kedalam hati dengan halus dan merasuk kedalam perasaan dengan lemah - lembut, tidak bersikab menghardik ,memarahi dan mengancam dalam hal-hal yang tidak perlu ,tidak membuka aib atas kesalahan  - kesalahan  audiens kerena mereka melakukan hal itu disebabkan tidak tahu..Oleh sebab itu sifat lemahlembut dalam menyampaikan ajaran Islam kepada mereka, pada umumnya mendatangkan petunjuk bagi hati yang sesatdan menjinakkan hati yang benci serta mendatangkan kebaikan.
Dari pendapat Sayyid Quthb tadi menjelaskan bahwa mauizah hasanah adalah nasehat dan pengajaran yang diberikan kepada masyarakat umum yang bersifat mengembirakan dengan mengemukakan kebaikan – kebaikan ajaran islam, al Qasimi menambahkan bahwakalimat ini berarti ibarat uanglembut (halus) dan peristiwa yang menakutkan untuk memberi peringatan akan adanya siksaan allah nantinya diakhirat yang mesti mereka terima sesuaidengan perbuatanya.
Maka dari itu sebelam memberi ancaman maka terkebih dahulu seorang da’i memberikan bimbingan dan penyuluhan yang berkaitan dengan kepuasan hati dan jiwa ,sangat boleh jadi dengan memberikan pujian dan sanjungan kepadanya,hal ini bertujuan untuk pencerahan dan pengembangan masyarakat.
Sedangkan disisi lain mauizah sebagai metode dakwah yaitu mengajak orang lain untuk memahami ajaran islam dengan mempergunakan bahasa yang dapat menyentuh jiwanya melalaui nasehat dan wasiat, tabsyir wa al-tanzir(mengembiraka dan memberikan imformasi yang menakutkan, serta diiringi dengan panutan yang baik (Uswatun Hasanah ).
Maw’izhah dalam bentuk nasehat adalah membangkitkan perasaan ketuhanan yang dikembangkan dalam jiwa objek dakwah, sehingga menimbulkan rasa takut dan ketundukan kepada Allah.selain itu membangkitkan keteguhan hati agar senantiasa berpegang kepada pemikiran yang sehat ,membangkitkan rasa persatuan untuk berpegang kepada kesatuan jemaah .bahkan tidak kalah penting adalh nasehat itu penyucian dan pembersihan diri yang merupakan salah satu tujuan utama dalamdakwah Islam.
Begitu juga dengan mawizah ditempuh dalam bentuk memberikan imformasi kebaikan dan imformasi keburukan (basyir wa al- tanzir), yaitu dengan memberikan kabar gembira disertakan dengan memberikan bujukan dan rayuan [3]yang indah bahwa jika seseorang yang sholeh dan taat kepada azaz kebaikan, maka ia akan mendapat tempat yang baik di akhir kehidupanya ,
Sebaliknya merupakan ancaman atau intimidasi melalai hukuman yang disebabkan olek terlaksananya sebuah kesalahan, sehingga mendapatkan ancaman dari akibat perbuatanya nanti diujung kehidupanya,kedua bentuk ini bertujuan memberikan dorongan kepad objek dakwah agar selalu melakukan kebaikan dan selalu meninggalkan kejelekan ,atau memberikan peringatan kepada seseorang untuk tidak melakukan kesalahan dan kemaksiatan dalam keseharianya .
Dengan cara seperti itu maka seorang dai hendaklah menyeru untuk berbuat kebaikan ,melaksanakan ketaatan dan beristiqamah di atas perintah allah adalah amal saleh yang sangat ditekankan dalam al-kitab dan sunnah.semua itu didahului dengan berbagai janji dan kabar gembira yang banyak baik didunia maupun di akhirat.oleh karena itu,setiap dai wajib mendahulukan kabar gembira (bisyarah atau tarqhib)sebelum ancaman (Nadzarah atau Tarhib).[4]
Sebagai contoh, seorang dai semestinya terlebih dahulu memberikan kabargembira kepada objek dakwah untuk beramal dengan ikhlas, sebelum dia memberi ancaman kepadanya tentang bahaya ria’, Memberi dorongan untuk menyebarkan ilmu sebelum memberi peringatan kepada mereka tentang besarnya dosa menyembunyikan ilmu dan memberi dorongan kepada mereka untuk melaksanakan sholat pada waktunya sebelum memberikan peringatan tentang besarnya dosa meninggalkan sholat. Demikian seterusnya, karena  mendahulukan kabar gembira (targhib)itu lebih bermamfaat dari pada mendahulukan ancaman (tarhib)dalam setiap pembicaraan.
Kita memang tidak bisa menafikan mamfaat tarhib, karena beragamnya tabiat manusia .Akan tetapi memberi kabar gembira terlebih dahulu sebelum peringatan ,bisa membuat hati menerima dengan baik dan lega .dorongan (Pemberi Motivasi) bisa menumbuhkan harapan dan optimisme seseorang. Inilah metode al- qur’an dan sunnah Rasulullah sebagai manhaj yang jelas dalam berinteraksi dengan jiwa manusia ‘’(yaitu tuhan )yang telah menciptakan aku ,maka dialah yang menunjuki aku, dan tuhanku yang memberi makan dan minum kepadaku. Dan kalau aku sakit dialah yang menyembuhkan. Dan yang akan mematikan aku, kemudian menghidupkan aku kembali. Dialah yang amat kuinginkan akan mengampuni kesalahanku pada hari kiamat’’ (Asy syu’araa 78-82)
Ï%©!$# ÓÍ_s)n=yz uqßgsù ÈûïÏöku ÇÐÑÈ   Ï%©!$#ur uqèd ÓÍ_ßJÏèôÜムÈûüÉ)ó¡our ÇÐÒÈ   #sŒÎ)ur àMôÊ̍tB uqßgsù ÉúüÏÿô±o ÇÑÉÈ   Ï%©!$#ur ÓÍ_çGŠÏJム¢OèO ÈûüÍŠøtä ÇÑÊÈ   üÏ%©!$#ur ßìyJôÛr& br& tÏÿøótƒ Í< ÓÉLt«ÿÏÜyz uQöqtƒ ÉúïÏe$!$# ÇÑËÈ  
Artinya : 78. (Yaitu Tuhan) yang telah menciptakan Aku, Maka Dialah yang menunjuki Aku,
79. dan Tuhanku, yang Dia memberi Makan dan minum kepadaKu,
80.  dan apabila aku sakit, Dialah yang menyembuhkan Aku,
81.dan yang akan mematikan Aku, kemudian akan menghidupkan aku (kembali),
82. dan yang Amat kuinginkan akan mengampuni kesalahanku pada hari kiamat".(QS. Asy syu’araa 78-82)


Ini adalah sisi yang menyenangkan bagi objek dakwah dalam pengenalanya terhadap Rabbnya, dengan merasakan kegembiraan berupa nikmat –nikmat yang diberikan oleh allah kepadanya . al-quran mengajak manusia untuk beriman dengan memberi iming - iming kepada mereka berupa balasan pahala yang besar yang ditunggu - tunggu.
Begitu juga yang diterangkan  dalam surah al-hadid ayat 28, kita akan menjadi senang dan bahagia dengan keimanan dan amal saleh yang ada pada kita ,sebab keduanya dapat memberi kebaikan bagi seorang muslim tidak saja di akhirat kelak, tetapi juga dalam kehidupan didunia .
Maka dari itu ,para dai hendaknya menyampaikan kabar gembira atau motivasi sebelum menyampaikan ancaman ,agar hati yang tertutup bisa terbuka mata yang buta bisa kembali melihat dan telinga yang tuli bisa mendengar, dan agar jiwa manusia senantiasa rindu kepada kebaikan yang menantinya, kemudian tertarik kepadanya dan tidak merasa keberatan untuk melakukanya. Kalau sudah demikian ia akan bergegas untuk berbuat baik ,yakni ketika merasakan rahmat dariNYA.
Oleh sebab itu ,para dai harus memahami kondisi objek dakwahnya sebelum ia mendakwahi mereka,sehingga dia tidak menakut - nakuti mereka sebelum menyampaikan kabar gembira .Karena sebagian besar manusia hidup jauh ketaatan kepada allah ,mereka terus tergoda oleh setan, sehingga seakan-akan kekayaan mereka akan sirna dan umur mereka akan habis kalau terus terikat kepada ajaran islam, ia membayangkan akan kehilangan kebebasan yang tidak terbatas yang selama ini ia nikmati.
Kisah masuk islamnya ‘Adi bin Hatim:dikisahkan bahwa ‘adi seorang yang sangat membenci Rasullah, dia adalah seorang Nasrani yang paling terhormat dan seorang pembesar dikalangan kaumku, suatu ketika ia bertemu dengan rasullah ,beliau berkata kepadanya, ‘’wahai ‘adi ,barangkali yang membuat  kamu enggan untuk masuk agama ini adalah :
Kerena kamu melihat kemiskinan mereka ,demi allah sesungguhnya harta itu akan melimpah ruah kepeda mereka ,sehingga tidak ada orang yamg mau mengambilnya .sungguh jika usiamu panjang ,kamu benar - benar akan bisa membuka gedung kisra di Hurmuz.
 Kerena kamu melihat jumlah mereka yang banyak tetapi sedikit bekal hidup mereka ,kamu berkata seungguhnya yang memeluk ialam adlah orang - orang lemah dan orang - orang yang tidak memiliki kekuatan .ketahuilah akan datang seorang wanita keluar dari Qadisiyah berkunjung ke baitullah ini dengan menaiki unta ,ia tidak takut kepada siapapun kecuali Allah azza wa jalla.[5]
Atau barang kali yang menghalangi kamu untuk masuk agama ini adlah kerena kamu melihat bahwa kerajaan dan kekuasan itu ada pada selain mereka ,demi allah kamu akan mendengar bahwa istana - istana putih dinegara Babilonia itu ditaklukkan oleh mereka,  setelah mendengar itu semua, ‘adi langsung masuk islam didepan rasullah .
Dari kisah diatas kita mengambil kesimpulan seorang dai hendaklah berbicara melalui Qalbunya sehingga  dapat berbicara dengan manusia dengan sesuatu yang dapat membuat mereka tertarik kepada dakwah ini.Karena hati memiliki kunci ,allah akan memberi taufik kepada seseorang sehingga dia dapat membukanya .itulah hikmah yang allah berikan kepada orang-orang yang ia cintai NYadari hamba - hambanya .dan barang siapa diberi hikmah maka benar - benar dia telah diberi kebaikan yang banyak .
Maka inilah yang tidak diperhatikan selama ini oleh sebagian dai yang justru mendorong orang yang bermaksiat masuk keneraka .ia tidak berusaha menyelamatkanya, dan bahkan terkesan berusaha menutup pintu tobat bagi ahli maksiat, sehingga membuat dia berputus asa dari rahmat allah.    
Kisah yang mengisahkan balasan bagi orang yang membuat orang lain berputus asa dari rahmat allah ,serta tidak memberi dorongan untuk bertobat .dari hadisnya rasullah, dari Abu Sa’id bin Malik bin Sinan AL-Khudri ra, sesungguhnya nabi Saw bersabda ,dahulu dari generasi sebelum kalian ,ada seorang yang telah membunuh Sembilan puluh Sembilan orang .ia ingin datang kepada seorang yang paling alim didunia ,dia memgatakan dia telah membunuh Sembilan puluh Sembilan orang ,kemudian bertanya ,apakah masih mungkin untuk bertobat ? dia menjawab, tidak mungkin .orang inipun langsung membunuhnya maka genablah seratus orang .kemudian dia mencari lagi orang yang lebih alim lagi bijak .kemudian dia mendatanginya dan menyatakan bahwa dia telah membunuh seratus orang .lalu bertanya ,”apakah masih mungkin untukku bertobat ? orng alim itu menjawab ,masih.tidak ada yang bisa menghalanginmu dari taubat ,maka dia menyuruh orang ini pergi kesuatu tempat (sebuah perkampungan),yang mana tempat itu ada sekelompok orang yang beribadah kepada allah, akhirnya pergilah ia kesana .ketika ia mencapai separoh perjalanan ,ajal menjemputnya, malaikat rahmat dan malaikat azab berselisih ,malaikat rahmat berkata, ia datang untuk bertobat, dan hatinya menghadab allah ,sedangkan malaikat azab berkata  ,tapi ,dia belum pernah beramal kebaiakn sama sekali, lalu datanglah seorang malaikat yang menyerupai seorag manusia untuk menghakimi mereka, malaikat itu berkata, ukurlah diantara dua perkampungan ,kampong yang lebih dekat dengan mayatnya, disitulah kedudukanya, mereka lalu mengukurnya ,dan ternyata manyat ini lebih dekat pada perkampungan yang dituju, akhirnya diambilnya mayat itu oleh malaikat rahmat (HR.Bukhari- Muslim ).
Demikianlah, seorang da’I hendaknya selalu mendorong objek dakwah untuk berbuat baik. Apabila dia sudah melihat kebaika pada objek dakwahnya, hendaklah ia mendorongnya untuk terus meningkatkan .jangan sesekali memberikan kesan kepadanya bahwa dia telah banyak bermaksiat, sehingga besar dosanya dan tidak mungkin lagi di ampuni. Sebaliknya kita harus menanamkan harapan dan optimisme kepada mereka, karena pada dasarnya jiwa manusia itu berubah –ubah Sesekali waktu baik dan diwaktu yang lain buruk .
Allah berfirman dalam surah Asy-Syams :7-10
<§øÿtRur $tBur $yg1§qy ÇÐÈ   $ygyJolù;r'sù $yduqègéú $yg1uqø)s?ur ÇÑÈ   ôs% yxn=øùr& `tB $yg8©.y ÇÒÈ   ôs%ur z>%s{ `tB $yg9¢yŠ ÇÊÉÈ  
Artinya : 7. dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya),
8. Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya.
9. Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu,
10. dan Sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya (QS Asy-Syams :7-10)

Bahkan  ketika berbicara dengan objek dakwahnya, seorang da’I wajib untuk tidak membebaskan dirinya dari kesalahan. Imam Al –Ashmu’I menyatakan ,’’sesungguhnya aku memberi nasehat kepada kalian, dan aku sendiri adlah orang yang banyak dosa. Aku sering berbuat aniaya terhadap diriku. Sungguh aku telah mengujinya ,dan tidak mendapatkan diriku bersyukur ketika sedang lapang dan tidak sabar ketika menghadapi ujian..
Seandainya seorang itu tidak boleh memberi nsehat kepada saudaranya sampai dia sendiri menyempurnakan dirinya, niscahya perinth berbuat baik dan larangan berbuat maksiat sudah ditinggalkan. Akan tetapi berbicara dengan saudara itu bisa menghidupkan hati dan bisa membersihkan jiwa serta mengingatkan seseorang dari kelalaian.
Setelah menyampaikan targhib, hendaklah dilanjutkan dengan mengenalkan kepada mereka akan hakikat dunia dan pengaruhya, sehingga menjadikan mereka tak terlalu terikat olehnya.      
Jiwa manusia, sebagaimana dia ditundukkan dengan cara memberi dorongan, dia juga harus ditundukkan dengan cara diberi peringatan dan ancaman. Karena peringatan ini akan mampu menjauhkan mereka dari perbuatan hina dan tercela, yakni setelah tumbuh dalam jiwa mereka rasa takut akan akibat yang akan menimpanya. Dengan demikian, dai telah berinteraksi dengan fitrah manusia tanpa membenturkannya dengan benturan yang keras, tetapi melatih dan mengobatinya, sehingga fitrah itu kembali seperti semula sebagaimana pertama kali diciptakan Allah[6].

C.      PENUTUP
Kami sadar makalah kami ini terdapat banyak kekurangan dan Jauh dari kesempurnaan, untuk itu diharapkan kepada teman-teman agar dapat memberikan masukan atupun tambahan yang bisa menutupi kekurangan makalah kami ini


DAFTAR PUSTAKA
Jum’ah amin abdul aziz, Fiqh Dakwah,,era intermedia ,
Surakarta ,2010.
DR.H.Salmadanis,MA ,Filsafat Dakwah , penerbit surau,
Jakarta,2003




[1] Jum’ah amin abdul aziz,FIQIH DAKWAH,,era intermedia ,Surakarta ,2010.hlm 348
[2] DR.H.SALMADANIS,MA,FILSAFAT DAKWAH ,penerbit surau,Jakarta,2003.hlm 86

[4] Jum’ah amin abdul aziz,FIQIH DAKWAH,,era intermedia ,Surakarta ,2010.hlm 355
[6]Jum’ah amin abdul aziz,FIQIH DAKWAH,,era intermedia ,Surakarta ,2010.hlm 349

Tidak ada komentar:

Posting Komentar