Rabu, 17 Juni 2015

SISTEM KOMUNIKASI KELOMPOK

SISTEM KOMUNIKASI KELOMPOK
(Kelompok dan Pengaruhnya pada Perilaku Komunikasi)
MAKALAH
Psikologi Komunikasi
IAIN.JPG
 




                                                         Oleh kelompok IV :
                                           VIVI GUSTIA                  : 211.044
                                           FITRI ANNISA                : 211.211
                                           DEVIANI HARIANTI     : 211.078
                                           DEFRIANTO                   : 211.155
                                           DODI AFENDI                : 211.101

                                                      Dosen Pembimbing:
                                                    Drs. Hj. Meliarni rusli,




JURUSAN KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS DAKWAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
IMAM BONJOLPADANG
1434 H/ 2013 M
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT, serta Shalawat beririrng salam semoga dilimpahkan kepada Rasulullah SAW. Penulis bersyukur kepada Illahi Rabbi yang telah memberikan hidayah serta taufik-Nya kepada kami sehingga makalah ini dapat terselesaikan tepat waktu.
Tak lupa rasa terima kasih,  kami aturkan kepada semua pihak yang telah terlibat, serta yang  membantu sampai selesainya makalah ini. Baik itu dosen, teman-teman, serta pihak lainnya yang tak bisa kami sebutkan satu-persatu.
Makalah ini merupakan media untuk pembelajaran Ilmu Psikologi komunikasi. Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan. Kami yakin masih banyak hal yang kurang dari makalah ini, kami minta kritik dan sarannya guna memperlancar proses perkuliahan ini menjadi lebih baik di masa mendatang.                           


        Padang, 18 maret 2013
                                                                                            Penulis,










PENDAHULUAN
Pada tahun 1940an ketika dunia dilanda perang, kelompok menjadi pusat perhatian. Setelah perang, perhatian beralih keindividu, dan ini bertahan sampai 1970an. Akhir 1970an minat yang tinggi tumbuh lagi pada study kelompok dan menjadi dominan pada pertengahan 1980an. Para pendidik melihat komunikasi kelompok sebagai metode pendidikan yang efektif. Para manager menemukan komunikasi kelompok sebagai wadah yang tepat untuk melahirkan gagasan-gagasan kreatif.
Para psikiater mendapatkan komunikasi kelompok sebagai wahana untuk memperbaharui kesehatan mental. Para ideologi juga menyaksikan komunikasi kelmpok sebagai sarana untuk meningkatkan kesadaran politik-ideologis. Minat yang tinggi ini telah memperkaya pengetahuan tentang jenis kelompok dan pengaruh kelompok pada perilaku.
Maka di dalam makalah ini, kami akan menjelaskan tentang kelompok dan pengaruhnya para pelaku komunikasi yang berkaitan dengan klasifikasi kelompok dan pengaruh kelompok pada perilaku komunikasi.









SISTEM KOMUNIKASI KELOMPOK
Kelompok dan Pengaruhnya pada Perilaku Komunikasi
A.Klasifikasi kelompok
Tidak semua kerumunan orang disebut kelompok. Orang–orang yang berkumpul diterminal bus, di pasar, di halte dan lain–lain disebut sebagai agregat. Supaya agregat menjadi kelompok di perlukan kesadaran dari anggota kelompok akan ikatan yang sama memperlakukan mereka. Kelompok mempunyai tujuan dan organisasi (tidak selalu formal), dan melibatkan nintraksi diantara angota–angotanya.
Kelompok mempunyai dua tanda psikpologis, yaitu :
1.    Angota- angota kelompok merasa terikat dengan kelompok (ada sense of belonging) yang tidak dimiliki orang yang bukan anggota.
2.    Hasil anggota kelompok saling tergantung sehingga hasil setiap orang terkait dalam cara tertentu dengan cara yang lain.
Ahli psikologi membagi empat dikotomi kelompok:
1.    Kelompok primer dan kelompok sekunder
Kelompok  primer adalah suatu kelompok dimana anggotanya merasa sangat dekat dan merasa adanya kekeluargaan, adanya ikatan yang kuat antara anggota kelompok. Contoh kelompok ini yaitu: keluarga, kawan sepermainan, hubungan dengan tetangga, dan lain-lain
Sedangkan kelompok skunder adalah kebalikan dari kelompok primer, yaitu hubungan antara anggotanya tidak akrab, tidak personal, dan tidak menyentuh hati kita. Yang termasuk kelompok ini yaitu organisasi massa dan serikat buruh, dan organisasi- organisasi lainnya.
Perbedaan kelompok primer dan kelompok skunder dari karakteristik komunikasinya :
a.    Kualitas komunikasi primer bersifat dalam dan meluas, yaitu menembus kepribadian yang paling tersembunyi, menyingkap unsur – unsur yang biasa ditampakkan pada suasana privat saja (backstage)
b.    Komunikasi pada kelompok primer bersifat personal,dan ini tidak dapat dipindahkan,  dan pada kelompok sekunder bersifat non personal.
c.    Komunikasi pada kelompok primer lebih menekankan aspek hubungan dari pada aspek isi. Dan kelompok sekunder kebalikannya
d.   Komunikasi primer bersifat ekspresif
e.    Komunikasi primer bersifat informal

2.    Kelompok ingrup dan outgroup
Ingroup adalah kelompok kita, dan outgroup adalah kelompok mereka. Ingroup bisa bersifat primer maupun sekunder. Keluarga adalah ingroup yang bersifat primer,dan fakultas adalah ingroup yang bersifat sekunder.
Kelompok ingroup tidak selama nya menganggap outgroup itu saingan mereka, tapi adakalanya mereka bisa saling bersama, hal ini dapat terjadi bila antar kelompok mempunyai tujuan dan maksud yang sama.
Contohnya: bila ada dua kelompk yang awal nya saling bertentangan, dan suatu ketika mereka dihadapkan dalam suatu keadaan yang mengharuskan mereka bekerja sama, dan hal ini lah yang menyebabkan pandangan negative terhadap outgroup bisa berubah menjadi positif, dan membuat mereka bisa bekerjasama.
Dalam mendamaikan antara dua orang yang bermusuhan / berbeda maka hadapkan lah mereka pada musuh mereka, misalnya mendamaikan anggota keluarga yang saling bermusuhan maka hadapkanlah mereka kepada musuh mereka misalnya tetangga mereka.  Bung karno dapat mendamaikan bangsa Indonesia dengan mengahadapkan mereka kepada belanda.
3.    Kelompok keanggotaan dan kelompok rujukan
Kelompok rujukan yaitu kelompok yang digunakan sebagai rujukan atau standar untuk menilai diri sendiri atau menentukan sikap. Bila kelompok rujukan dijadikan teladan untuk mengambil sikap, maka ini disebut kelompok rujukan positif, dan bila kelompok rujukan dijadikan sebagai teladan untuk tidak bersikap, maka ini dinamakan kelompok rujukan negative.
Menurut teori kelompok rujukan, kelompok rujukan mempunyai beberapa fungsi :
a.    Fungsi kompratif: mengambil sikap dengan menggunkan landasan, misalnya kita menjadikan islam sebagai landasan untuk mengambil sikap.
b.    Fungsi normative : mengambil sikap sesuai denagn yang telah ditentukan oleh tempat penagmbilan sikap (landasan), misalnya Islam memberikan norma-norma dan aturan yang harus diikuti.
c.    Fungsi perspektif: menelaah dari fungsi normative, misalnya islam memberikan kepada kita untuk bagaimana memandang dunia, dan cara mendefinisikan sesuatu dll.
Cara menggnkan kelompok rujukan dalam persuasi:
a.    Jika kita mengetahui kelompok rujukan khalayak kita, hubungkanlah pesan kita dengan kelompok rujukan itu, dan fokuskanlah perhatian kita kepadanya, dan bila ingin pesan kita diterima, maka gunakanlah kelompok rujukan positif untuk mendukung pesan kita.
b.    Dalam menyampaikan pesannya komunikator harus berhati – hati dalam memperhitungkan relevansi dan nilai kelompok rujukan yang lebih tepat bagi kelompok tertentu.
c.    Menggunakan standar perilaku
d.   Kadang – kadang kita harus Gunakan kutipan kelompok rujukan positif secara langsung dalam pesan, untuk menimbulkan efek yang positif dari khalayak.
4.    Kelompok deskriptif dan perskriptif  
Deskritif menunjukan klasifikasi kelompok dengan melihat proses pembentukannya secara alamiah.Kelompok preskriptif mengklasifikasikan kelompok menurut lagkah– lagkah rasional yang harus dilewati oleh setiap anggota kelopok untuk mencapai tujuannya.
Klasifikasi kelompok deskriptif berdasarkan tujuan :
Nama kelompok
Tujuan
Sepintas
Pertemuan
Penyadar
Katarsis
Belajar
Tugas

Bermain
Pertumbuhan dan interpersonal
Identitas social poilitik yang baru
Melepaskan perasaan
Pencerahan intelektual
Kerja

Akhir-akhir ini para ali komunikasi membaginya menjadi 3 kelompok saja, yaitu :
a.    Kelompok tugas  bertujuan memecahkan masalah misalnya tranpalantasi jantung, atau merancang kampanye politik.
b.    Kelompok pertemuan adalah kelompo yang menjadikan diri mereka sebagai acara pokok. Melalui diskusi, setiap anggta berusaha belajar tentang dirinya. Contohnya kelompok terapi di Rumah Sakit jiwa, kelompok eksekutif yang pergi ketepi pantai untuk mengikuti latihan sensitifitas.
c.    Kelompok penyadar mempunyai tugas utama yaitu menciptakan identitas social politik yang baru contohnnya kelompok revolusioner Amerika Serikat.


Klasifikasi kelompok perspektif
a.       Kelompok Diskusi Meja Bundar, disebut kelompok meja bundar karena susunan tempat duduk yang bundar, yang nantinya susunan tempat duduk ini menyebabkan komunikasi yang bebas diantara anggota kelompok. Susunan ini biasanya digunakan untuk diskusi yang sifatnya terbatas. Dengan posisi seperti ini maka arus komunikasi terjadi dari semua arah. Berbeda dengan diskusi yang diadakan segi empat, bila seperti ini diskusi selalu lewat pemimpin. Meja bundar memungkinkan individu untuk berbicara kapan saja tanpa ada agenda yang tetap. Meja yang bundar mengisyaratkan waktu yang tidak terbatas dan kesempatan yang sama untuk bertisipasi.
b.      Kelompok Symposium adalah serangkaian pidato pendek yang menyajikan berbagai aspek dai sebuah topik atau posisi yang pro dan kontra terhadap maslah yang controversial, dalam format diskusi yang sudah dirancang sebelumnya. Symposium dimasudkan untuk menyajikan informasi untuk dijadikan sumber rujukan khalayak dalam mengambil keputusan pada waktu yang akan datang.
c.       Kelompok Diskusi panel adalah frmat khusus yang anggota-anggota kelompoknya berinteraksi, baik berhadap-hadapan maupun melalui seorang mediator, diantara mereka sendiri dan hadirin, tentang masalah yang controversial. Diskusi panel digunakan untuk mencipatakan suasana komunikasi kelompok yang informal, mengidentifikasikan masalah yang harus ditelaah dan diteliti, memberikan pengertian kepada khalayak tentang bagian-bagian permasalahan, menghimpun berbagai fakta dan pandangan dalam kerangka diskusi.
d.      Kelompok Forum adalah waktu Tanya jawab yang terjadi setelah diskusi terbuka misalnya symposium.
e.       Kelompok Kolokium adalah sejenis format diskusi yang memberikan kesempatan kepada wakil-wakil khalayak untuk mengajukan pertanyaan yang sudah dipersiapkan kepada seseorang atau beberapa orang ahli.
f.       Kelompok Prosedur parlementer adalah format diskusi yang secara ketat mengatur peserta diskusi yang besar pada periode waktu yang tertentu ketika sejumlah keputusan yang harus dibuat.

B. Pengaruhnya Kelompok pada perilaku komunikasi
Pengaruh kelompok dipengaruhi karena reaksi sejumlah orang yang menyaksikan perilaku komunikasinya. Perubahan perilaku individu terjadi karena apa yang lazim disebut dalam psikologi sosial sebagai pengaruh soail (social influence). “social influence occurs whenever our behavior, feelings, or attitude are altered by what others say or do”, begitu defenisi baron dan byrne (1979: 253).
Disini, kita akan mengulas tiga macam pengaruh kelompok: konformitas, fasilitas sosial, dan polarisasi.
1.    Konformitas
Menurut kiesler dan kiesler (1969), konformitas adalah perubahan perilaku atau kepercayaan menuju (normal) kelompok sebagai akibat tekanan kelompok yang real atau yang dibayangkan.
Penelitian paling tua tentang konformitas dilakukan oleh moor (1921). Moore meminta pendapat para mahasiswa tentang sejumlah hal. Misalnya, mereka disuruh membaca pasangan kalimat dalam bahasa inggris, dan diminta untuk menentukan mana kalimta yang benar. Kelompok yang sama juga harus menilai mana yang paling jelek secara etis diantara beberapa pasangan perilaku (e.q: antara penghianatan pada sahabat” dengan “memperkaya diri dengan cara yang haram”). Setelah dua setengah bulan, mereka disuruh lagi menilai hal yang sama, tetapi kali ini didahului dengan pemberitahuan mengenai pendapat mayoritas anggota kelompok. sepert   sudah diduga, banyak diantara mereka mengubah pendapatnya karena desakan suara mayoritas.
Dari contoh diatas cukup kuat bukti bahwa kelompok memang dapat mempengaruhi penilaian atau pendapat kelompok tentang stimulus tertentu (misalnya, pesan komunikasi). Mungkinkah kita dapat menekan individu untuk menerima suatu gagasan betapapu salahnya dengan “sugesti” mayoritas? Disamping ada rasa ngeri pada kekuatan kelompok dalam “mencuci otak” anggotanya, para psikolog melihat kelemahan pada generalisasi penelitian diatas.
Mereka menemukan kenyataan bahwa semua penelitian menggunakan situasi yang ambigu dan tidak jelas. Pada moore, subjek sudah lupa lagi pada penelitian terdahulu, dan kalimat-kalimat yang dinilai memang mengundang berbagai penafsiran.
Faktor-faktor yang mempengaruhi konformitas. Betulkah kita dapat mempengaruhi orang bersepakat dengan memanipulasikan tekanan kelompok? Betul, dengan mempertimbangkan beberapa persyaratan. Konformitas tidak sederhana yang diduga orang. Dalam paradigma buku ini, konformitas adalah produk interaksi antara faktor-faktor personal. Faktor-faktor situasional yang menetukan konfomitas adalah kejelasan situasi, konteks situasi, cara menyampaikan penilaian, karakteristik sumber pengaruh, ukuran kelompok, dan tingkat kesepakatan kelompok.
Pada tahun 1954, leon festinger menjelaskan gejala konformitas dengan nteori perbandingan sosial (social comparison theory). Dalam diri kita, kata festinger, ada dorongan untuk menilai pendapat dan kemampuan kita. Kita tidak ingin kelihatan salah di hadapan orang banyak.
Untuk menghindari bencana sosial, kita selalu mencari bukti yang relevan. jadi festinger menegaskan pengaruh sosial informasi. Untuk beberapa hal, bukti mudah kita peroleh di dunia fisik. Jika anda tidak yakin apakah hari ini hari kamis, anda dapat mengeceknya pada koran pagi. Jika anda ragu apakah anda dapat melakukan lima belas push-up, anda dapat mencobanya dilantai. Tetapi untuk kebanyakan pendapat, persepsi, dan kemampuan kita, tidak ada cara yang objektif dan nonsosial untuk mnilai diri kita. Yang bisa kita lakukan ialah melihat kepada orang lain. Jika anda tidak yakin apakah surga dan neraka ada, anda mencari apa yang dikatakan atau telah ditulis oleh orang lain.
Jika anda tidak yakin kemampuan anda bernyanyi, anda mintak orang lain mendengarkan anda dan memberikan umoan balik. Karena kita sangat bergantung pada respons orang lain, kenyataan sosial menjadi sama pentingnya, kadang-kadang lebih penting dari kenyataan fisikal. Bila orang dihadapkan pada norma yang terus berubah dalam masyarakat yang kompleks, mereka menengok kepada orang disekitarnya untuk mentukan bagaimana mereka memberikan respons.
Konteks situasi juga mempengaruhi  konformitas. Ada situasi yang menghargai konformitas, disamping siatuasi yang mendiring kemandirian. Kecendrungan untuk konformitas akan terjadi lebih besar pada situasi pertama ketimbang situasi kedua. Teori behaviorisme tentang ganjaran dan hukuman menjelaskan gejala ini. Jika anda tau orang akan lebih menyukai anda bila anda sepakat dengan pendapat dan keyakinan mereka, anda akan cendrung melakukan konformitas pada kelompok mereka pada waktu yang akan datang.
Beberapa penelitian membuktikan bahwa pengaruh norma kelompok pada konformitas anggota-anggotanya bergantung pada ukuran mayoritas anggota kelompok yang menyatakan penilaian. Sampai tingkat tertentu, semakin besar ukurannya, semakin tinggi tingkat konformitas. Ada ukuran tertentu yang memadai untuk mempengaruhi konformitas. Lebih dari itu, orang tidak terpengaruh lagi. Lagi pula, siapa yang menyatakan penilaian juga harus dipertimbangkan. Anda sendirian memeprtahankan keyakinan anda dalam sebuah rapat.
Kemudian ada anggota lain menyatakan dukungan pada pendapat anda. Sayangnya, anggota itu dikenal sebagai anggota terbodoh dalam kelompok anda. Apakah anda akan terdorong untuk mempertahankan pendapat anda atau sebaliknya? Allen dan levine (1971) mencoba menjawab pertanyan ini dengan experimen yang menarik . subjek experimen haru menjawab tes visual.
Konfederet menyatakan penilaian yang berbeda. Pada kelompok yang pertama, ia didukung oleh seorang suporter yang nonvalid (yakni, berkaca mata tebal untuk menunjukkan kemampuan melihat yang rendah); pada kelompok kedua, ia didukung oleh suporter yang valid (yakni, tidak berkaca mata dan tampak sanggup melihat dengan jelas); dan kelompok ketiga, anggota-anggota kelompok semua tidak sepakat dalm memberikan jawaban yang salah. Hasilnya, konformitas semakin bekurang secara berurutan. Jadi, betapaun tidak validnya, dukunagn itu membentu orang untuk melawan konformitas.
Disamping faktor-faktor situasional, beberapa faktor personal erat kaitannya dengan konformitas usia, jenis kelamin, stabilitas emosional, otoritarianisme, kecerdasan, motivasi, dan harga diri. Pada umunya, semakin tinggi usia anak, semakin mandiri ia, semakin tidak bergantung dengan orang tua, dan semakin kurang kecendrungannya untuk konformitas. Dan semakin tinggi kecerdasan, semakin kurang kecendrungan ke arah konformitas.
Motif afilasi mendorong konformitas. Motif berprestasi, motif aktualisasi diri, dan konsep diri yang positif menghambat konformitas. semakin tinggi hasrat berprestasi seseorang, semakin tinggi kercayaan dirinya, semakin sukar ia dipengaruhi oleh tekanan kelompok.

2.    Fasilitas social
            Fasilitas (dari kata prancis facile, artinya “mudah”) menunjukkan kelancaran  atau peningkatan kualitas kerja karena ditonton kelompok memepenagruhi pekerjaan sehinga terasa menjadi lebih “mudah”.
            Pada tahun 1924, floyd alport menemukan bahwa fasilitas sosial tidak selalu memudahkan pekerjaan. Kehadiran kelompok bersifat fasilitatif bila pekerjaan yang dilakukan berupa pekerjaan yang dilakukan berupa pekerjaan keteampilan yang sederhana. Sebaliknya, kelompok mempersukar pekerjaan bila pkerjaan itu berkenaan dengan nalar dan peniliaian. Lagi pula, allport dibungkan oleh adanya banyak orang yang secara konstan mengalami penurunan prestasi bila bekerja ditengah-tengah kelompok.
Robert zajonc (19650 meninjau kembali berbagai penelitian ini dan mencoba menjelaskan hasil yang tidak konsisten ini dengan teori “drive” menurut teori ini kehadiran orang lain diaggap menimbulkan efek pembangkit energi pada perolaku individu. Efek ini terjadi pada berbagai situasi sosial, bukan hanya didepan orang yang menggairahkan kita. Energi yang meningkat akan mempertinggi kemungkinan dikeluarkannya respons yang dominan.
Respon dominan adalah perilaku yang kita kuasai. Bila respon yang dominan itu adalah respon yang benar, terjadi peningkatan prestasi. Bila respon dominan itu adalah respon yang salah, terjadi penurunan prestasi. Untuk pekerjaan yang mudah, respon dominan adalah respon yang benar; karena itu peneliti-peneliti terdahulu melihat kelompok memeprtinggi kualitas kerja individu. Untuk menghafal pelajaran baru, respon dominan adalah respon yang salah. Kareana itu, kelompok dapat mengurangi kualitas kerja individu.
Zajonc berhasil mengatasi kemelut inkonsistensi pada penelitian sebelumnya. Tetapi juga mengundang masalah baru untuk penilaian yang akan datang. Apakah fasilitas sosial terjadi karena semata-mata kehadiran anggota-anggota kelompok atau karna merasa diawasi dan nilai oleh kelompok.
Mengulangi penelitian zajonc dan sales dalam tiga situasi yaitu:
1.      sendirian didalam ruangan eksperimental
2.      dihadapan orang lain yang matanya tertutup
3.       di hadapan dua orang lain yang menyatakan tertarik untuk menonton perbuatan subjek.
Seperti sudah diduga, fasilitas sosial terjadi pada situasi ketiga. Banyak peneliti menyimpulkan dengan menunjukkan situasi tambahan: subjek diberitahu bahwa perilakunya bukan saja diawasi, tetapi juga dinilai oleh kelompok. Ternyata, disinipun, pretasi pekerjaan subjek meningkat. Kenyataan inilah yang mampu menjelaskan mengapa pidato seseorang lebih baik setelah tau bahwa diantara hadirin ada kekasihnya.

3.    Polarisasi
Risky shift atau geseran resiko adalah geseran menuju polarisasi. Yang terjadi dalam kelompok sebenarnya begini, bila sebelum diskusi kelompok para anggota mempunyai sikap agak mendukung tindakan tertentu, setelaj diskusi mereka akan lebih kuat lagi mendukung tindakan itu. Sebaliknya, bila sebelum diskusi para anggota kelompok agak menentang tindakan tertentu, setelah diskusi mereka akan menentang lebih keras lagi. Jadi, yang ada dimaksud polarisasi adalah kecendrungan kearah posisi yang ekstrim.

Polarisasi mengandung beberapa implikasi yang negativ yaitu:
1.    Kecendrungan kearaha ekstrimisme menyebabkan peserta komunikasi menjadi lebih jauh dari dunia nyata; karena itu, semakin besar peluang bagi mereka untuk berbuat kesalahan. Produktivitas kelompok tentu menurun. Gejala ini disebut irving janis sebagai groupthink, yaitu pengambilan keputusan yang terjadi pada kelompom yang sangat kohesif dimana anggota-anggota berusaha mempertahankan konsesus kelompok sehingga kemampuan kritisnya menjadi tidak efektif lagi.
2.    Polarisasi akan mendorong ektremisme dalam kelompok gerakan sosial atau politik. Kelompok seperti ini biasanya menarik anggota-anggota yang memiliki pandangan yang sama. Ketika mereka berdiskusi, pandangan yang sama ini semakin dipertegas sehingga mereka semakin yakin dengan kebenarannya. Keyakinan ini disusul dengan merasa benar sendiri (self-righteousness) dan menyalahkan kelompok lain. Proses yang sama terjadi pada kelompok saingannya. Terjadilah polarisasi yang menakutkan diantara bebagai kelompok dan di dalam masing-masing kelompok.
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Kelompok mempunyai dua tanda psikpologis, yaitu :
1.    Angota- angota kelompok merasa terikat dengan kelompok (ada sense of belonging) yang tidak dimiliki orang yang bukan anggota.
2.    Hasil anggota kelompok saling tergantung sehingga hasil setiap orang terkait dalam cara tertentu dengan cara yang lain.
Ahli psikologi membagi empat dikotomi kelompok ; 
1.      Kelompok primer dan kelompok sekunder
2.      Kelompok ingrup dan outgroup
3.      Kelompok keanggotaan dan kelompok rujukan
4.      Kelompok deskriptif dan perskriptif 
 Tiga macam pengaruh kelompok:
1.      Konformitas: perubahan perilaku atau kepercayaan menuju (normal) kelompok sebagai akibat tekanan kelompok yang real atau yang dibayangkan.
2.       fasilitas social: menunjukan kelancaran atau peningkatkan kualitas kerja karena di tonton kelompok.
3.      Polarisasi adalah kecendrungan kearah posisi yang ekstrim. 

B.     Saran
            Kami menyadari makalah ini masih sangat jauh dari kesempurnaan, untuk itu kami akan sangat senang sekali bila pembaca mau menyumbangkan pikirannya untuk kemajuan makalah kami kedepannya.



DAFTAR PUSTAKA
Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, PT. Remaja Rosda Karya, Bandung : 2009




Tidak ada komentar:

Posting Komentar