TAFSIR
TENTANG ALAT BUKTI
(Q.S AN-NISA’:
135)
1.
Q.S AN-NISA’: 135
* $pkr'¯»t
tûïÏ%©!$#
(#qãYtB#uä
(#qçRqä.
tûüÏBº§qs%
ÅÝó¡É)ø9$$Î/
uä!#ypkà
¬!
öqs9ur
#n?tã
öNä3Å¡àÿRr&
Írr&
ÈûøïyÏ9ºuqø9$#
tûüÎ/tø%F{$#ur
4
bÎ)
ïÆä3t
$ÏYxî
÷rr&
#ZÉ)sù
ª!$$sù
4n<÷rr&
$yJÍkÍ5
(
xsù
(#qãèÎ7Fs?
#uqolù;$#
br&
(#qä9Ï÷ès?
4
bÎ)ur
(#ÿ¼âqù=s?
÷rr&
(#qàÊÌ÷èè?
¨bÎ*sù
©!$#
tb%x.
$yJÎ/
tbqè=yJ÷ès?
#ZÎ6yz
ÇÊÌÎÈ
Artinya: Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang yang benar-benar
penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah biarpun terhadap dirimu sendiri
atau ibu bapa dan kaum kerabatmu. jika ia Kaya ataupun miskin, Maka Allah lebih
tahu kemaslahatannya. Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ingin
menyimpang dari kebenaran. dan jika kamu memutar balikkan (kata-kata) atau
enggan menjadi saksi, Maka Sesungguhnya Allah adalah Maha mengetahui segala apa
yang kamu kerjakan.
2.
ASBAB ANNUZUL
Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa turunnya ayat ini berkenaan dengan
pengaduan dua orang yang bersengketa, seorang kaya dan seorang miskin .
rasulullah membela pihak yang fakir karena menganggap orang fakir tidak akan
menzhalimi orang kaya. Akan tetapi Allah tidak membenarkan tindakan Rasulullah
dan memerintahkan untuk menegakkan keadilan di dua belah pihak[1].
3.
MUFRADAT KATA-KATA SULIT
Jadilah :
qçRqä.
torang-orang yang menegakkan :
ûüÏBº§qs%
Keadilan :
Ýó¡É)ø9
Ibu bapak :ûøïyÏ9ºuqø9$
Mengiuti : qãèÎ7Fs?
(memutar balikkan :
#ÿ¼âqù=s?
4.
PENJELASAN AYAT
Telah Allah
dahulukan penyebutan ayat ini untuk hamba-Nya yang beriman dengan-Nya dan
Rsulnya supaya melakukan perbuatan yang dilakukan oleh orangorang yang pergi kepada
Rasulullah SAW. Lalu ia memerintahkan kepada bani Ubairi untuk meminta maaf kepada
mereka dan para sahabatnya, membela dan membaguskan perkara mereka dngan
mengaku bahwa mereka adalah orang-orang miskin. Allah berfirman kepada mereka
(#qçRqä.
tûüÏBº§qs%
ÅÝó¡É)ø9$$Î/
(jadilah
kamu orang yang benar-benar penegak keadilan,), maksudnya, jadikanlah penegak keadilan itu sebagai
bagian dari sifat akhlak kamu, yakni berlaku adil. Tegakkanlah keadilan itu
karena Allah ketika kamu bersaksi
“biarpun dirim sendiri”, walau[u
menjadi saksi atas dirimu sendiri, kedua orang tua, sanak kerabatmu. Lakukanlah
dengan adil dan harus berdasarkan kebenaran, bahwa perkataanmu memang benar dan
tidak cenderung kepada orang kayak arena kekayaannya, dan tidak kepada orang
miskin karena kemiskinannya, lalu kamu berbuat zhalim. Hai manusia,
sesungguhnya Allah menyamakan hukuman antara orang kaya dan orang miskin pada
hal-hal yang telah ia tetapkan bagimu dalam memberikan kesaksian bagi tiap-tiap
salah seorang dari keduanya, dengan adil, karena itu lebih tepat bagi keduanya
dan lebih benar dari kamu-sebab Dia pemilik keduanya-dan lebih utama selain
kamu terhadap keduanya. Dia lebih mengetahui kemashlahatan masing-masing
keduanya mengenai hal itu dan mengenai hal lainnya dari semua perkara yang
terjadi di antara kamu. Oleh karena itu, dia memerintahkanmu untuk berlaku adil
diantara keduanya dalam memberikan kesaksian kepada keduanya dan atas keduanya.
xsù
(#qãèÎ7Fs?
#uqolù;$#
(maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu
karena ingin menyimpang dari kebenaran), ia berkata, “apabila kamu diminta untuk menjadi saksi
bagi dua golongan yang tidak cenderung kepada salah satu dua golongan tersebut,
sekalipun yang terdakwa itu orang kaya. Janganlah kamu melihat orang kaya itu
yang terdakwa itu orang kaya. Janganlah kamu melihat orang kaya itu karena
kenyataannya, atau melihat orang miskin itu karena kemiskinannya, hingga kamu
mengatakan yang tidak benar. Bersaksilah dengan benar dan adil, sesuai perintah
Allah kepadamu.
Jika ada yang berkata “bagaimana bisa
memberikan terhadap diri sendiri secara adil? Apakah orang yang bersaksi bisa
bersaksi atas dirinya sendiri? Dikatakan, ya bisa. Sudah seharusnya ia melakuka
kebenaran untuk orang lain, lalu mendapatkan dirinya untuk mendapatkan
demikian. Oleh karena itu, ia harus menegakkan keadilan dengan menjadi saksi atas
dirinya sendiri.
Abu Ja’far berkata: menurutku ayat ini
merupakan sebuah pelajaran dri Allah untuk hamba-Nya yang beriman agar tidak
melakukan perbuatan bani Ubairiq, yaitu mencuri dan berkhianat.
Ia berkata kepada mereka, “jika kamu
bersaksi untuk seseorang, atau menjadi saksi , maka lakukanlah kesaksian itu
dengan adil, biarpun kesaksian itu atas dirimu sendiri, orang tua, atau sanak
kerabatmu. Janganlah kesaksianmu itu terbebani dengan kekayaan yang dimiliki
oleh terdakwa, atau degan kemiskinan, sanak kerabat, dan belas kasiahan di
antaramu, sehingga kamu memberikan kesaksian palsu, menyimpang, dan
menyembunyikan kebenaran.
xsù
(#qãèÎ7Fs?
#uqolù;$#
br&
(#qä9Ï÷ès?
(Maka
janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ingin menyimpang dari kebenaran), maksudnya adalah meninggalkan kebearan. Lau
mereka membolehkan untuk meninggalkan kebenaran dalam memberikan kesaksian yang
benar, biarpun maknanya mengarah kepada, janganlah kamu mengikuti hawa nafsu,
karena takut menyimpang dari kebenaran dalam memberikan kesaksian yang benar
dan adil.
Ada yang
berpendapat bahwa maksudnya adalah, “supaya kamu tidak menyimpang, maka
janganlah kamu mengikuti hawa nafsu. Sebagaimana dikatakan, ‘mengikuti hawa
nafsumu agar mendapat keridhaan dari tuhanmu:, makanya adalah “melarangmu ari
perbuatan tersebut, sebagaimana tuhanmu senang bila kamu meninggalkannya.
bÎ)ur
(#ÿ¼âqù=s?
÷rr&
(#qàÊÌ÷èè?
¨bÎ*sù
©!$#
tb%x.
$yJÎ/
tbqè=yJ÷ès?
(dan jika kamu
memutar balikkan (kata-kata) atau enggan menjadi saksi, Maka Sesungguhnya Allah
adalah Maha mengetahui segala apa yang kamu kerjakan), mengenai makna ayat ini abu ja’far berpendapat ,
seorang saksi yang mempermainkan kesaksiannya, dan menyimpangkan kesaksiannya
melalui ucapannya, dan tidak melaksanakan kesaksiannya tersebut supaya kesaksiannya
itu dianggap tidak valid.
bÎ*sù
©!$#
tb%x.
$yJÎ/
tbqè=yJ÷ès?
#ZÎ6yz
(Maka sesungguhnya Allah maha mengetahui apa yang kamu kerjakan). Maksudnya adalah “sesungguhnya Allah maha
mengetahui perbuatanmu dari melaksanakan kesaksian, dan merubahnya, atau enggan
untuk menjadi saksi serta lebih memilih untuk menyembunyikan keterangan.
Khabiraan, artinya maha mengethui dengannya, karena dia yang memelihara kamu,
hingga dia akan memberikan balasan kepadamu di akhirat nanti, balasan kebaikan
dari sebagian kamu yang telah melakukan perbuatan baik, dan balasan kejahatan
dari orang yang telah melakukan kejahatan[2].
;
5.
MUNASABAH
6.
KESIMPULAN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar