Pengertian,
Kaidah- Kaidah dan Konsep Dasar Fiqih Dakwah Dalam Memahami Sikap Prilaku
Sosial Manusia dan Lingkungannya
Oleh: Vivi, Titin & Fahmi
A. PENDAHULUAN
Istilah
fiqh dakwah ditemukan pada abad 20 dengan lahirnya buku pertama yang ditulis
oleh said kutub dengan judul Fiqh al Dakwah. [1]
Dalam
perkembangannya, fiqh telah dikaji secara tematis, sehinga muncul istilah
istilah baru yang merujuk pada masalah fiqh antara lain fiqh kedokteran, fiqh
wanita dan fiqh dakwah (masalah yang terkait dengan kegiatan dakwah).dan lain-
lain.
Istilah
yang masih sepadan dengan pembahasan fiqh dakwah ialah fiqh al sirah (fiqh
sejarah nabi Muhammad saw), fiqh al waqi’ (fiqh realitas), fiqh al masuliah
(fiqh tanggung jawab sosial).
Defenisi
fiqh al waqi’ adalah menjabarkan sumber ilmu pengetahuan yang masih bersifat
global dalam alquran dan al sunnah ke dalam kejadian kejadian yang ada pada
setiap waktu dan tempat, bukan mencari dasar untuk suatu dasar atau peristiwa.
Fiqih ini menekankan pada nas yang terkait dengan perbuatan manusia, termasuk manusia
sebagai sasaran dakwah.
Demikian
pula, fiqh al masuliah juga membahas tugas tugas seorang muslim terhadap
masyarakatnya. Diantara tugas tugas tersebut ialah ia berkewajiban menjadi
seorang pendakwah.[2]
Fiqh
dakwah dapat dikelompokkan ke dalam wilayah muamalah, oleh karena itu
penjelasan tentang dakwah dalam alquran dan hadis tidak terperinci.
B. Pengertian Fiqh Dakwah
Secara
bahasa Fiqh dakwah berasal dari dua kata yaitu fiqh dan dakwah. Kata fiqih (فقه) secara bahasa
punya dua makna. Makna pertama adalah al fahmu al mujarrad (الفهم المجرد),
yang artinya adalah mengerti secara langsung atau sekedar mengerti saja Makna
yang kedua adalah al fahmu ad daqiq (الفهم
الدقيق), yang artinya adalah
mengerti atau memahami secara mendalam dan lebih luas. [3]
Sedangkan dalam istilah fiqih yaitu : ”Ilmu yang membahas hukum-hukum syariat
bidang amaliyah (perbuatan nyata) yang diambil dari dalil-dalil secara rinci,”[4]
Sedangkan kata dakwah berasal dari
kata da’a yang berarti menyeru, mengajak. Adapaun makna lain dari dakwah yaitu
:
1.
An-Nida artinya memanggilda’a fulanahun ila fulanah (si
fulan memanggil si fulan)
2.
Menyeru, ad du’a ila sya’iarinya menyeru dan mendorong
kepada sesuatu
3.
Ad – dakwah’wat ila qaddiyat artinya : menegaskan atau
membelanya, baik terhadap yang hak maupun yang bathil, yang positif maupun yang
negative. [5]
Sedangkan secara istilah dakwah yaitu:
kegiatan menyeru dan menyakinkan orang lain supaya menerima sesuatu
kepercayaan. Dakwah juga adalah mengajak untuk patuh kepada ajaran agama Islam
dengan lebih sempurna.
Dari pengertian di atas, dapat di
tarik kesimpulan tentang pengerian fiqh dakwah yaitu :memberi kefahaman,
pengetahuan, mengenali hak diri dan tanggungjawab sebagai seorang yang
menyebarkan seruan Islam kepada semua manusia untuk mengajak mereka mengenali
Allah. Selain dari itu juga, fiqh dakwah adalah untuk mengajak atau menyeru
manusia untuk mengamalkan ajaran Islam dengan lebih sempurna lagi.[6]
Dari pengertian diatas, dapat di
intiisarikan dakwah islam itu terdapat dalam surat alfatiah, karena titik tuju
dakwah islam itu member pengertian kepada umat manusia agar mengambil segala
Allah SWT yang terkandung dalam Al-Qur'an untuk jalan hidupnya[7].
Adapun yang membedakan fiqh dakwah
dengan ilmu dakwah adalah , ilmu dakwah membahas apa adanya tentang kegiatan
dakwah, sedangkan fiqih dakwah membahas apa yang seharusnya di lakukan dalam
kegiatan dakwah. Jika teologi dakwah laksana motor yang berfungsi sebagai
pendorong, maka ilmu dakwah adalah
kendaraan beserta komponenya, dan fiqh dakwah merupakan jalan beserta rambu- rambunya.
Dengan kata lain, agar bersemangat dalam berdakwah kita belajar teologi dakwah,
untuk menemukan strategi dakwah kita mempelajari ilmu dakwah, dan supaya dakwah
kita terarah dnegan benar dibutuhkan kajian tentang fiqh dakwah. [8]
C. KAIDAH –KAIDAH[9]
FIQIH DAKWAH
Kaidah
–kaidah fiqih dakwah sering di pakai dalam memutuskan perkara hukum. Kaidah
fiqih sering di rumuskan dengan kata yang singkat tapi dengan makna yang padat.
Ada kaidah yang di dasarkan pada ayat suci Al-Qur'an dan hadits nabi Muhammad SAW
dan adapula kaidah yang merupakan
generalisasi dari berbagia kasus.
Ada
dua bentuk kaidah yang dapat di manfaatkan untuk kegiatan dakwah yaitu :
1.
Kaidah fiqih
untuk dakwah (Al-qawa’id Al-fiqiyah li Al-Qur'an- dakwah ) yang di jadikan
sebagai instrument yang berkenaan dengan dakwah.
2.
Prinsip –
prinsip dakwah (Al-Qawa’id li dakwah ) yang menjadi strategi, metode, atau
teknik dalam mencapai dakwah yang efektif.
Selain
bentuk kaidah diatas, dalam fiqih dakwah juga dikenal beberapa kaidah lain
yaitu :
1.
Memberi
keteladanan sebelum berdakwah
Menurut kamus besar
bahasa Indonesia teladan adalah memberikan contoh yang baik, atau menjadi
contoh yang patut ditiru. Hal itulah yang harus dimiliki oleh seorang da’i.
dalam menjadi seorang teladan, da’I dapat melihat contoh yang ada pada diri
nabi Muhammad SAW, seperti yang dijelaskan dalam surat al – ahzab : 21
ôs)©9 tb%x. öNä3s9 Îû ÉAqßu «!$# îouqóé& ×puZ|¡ym `yJÏj9 tb%x. (#qã_öt ©!$# tPöquø9$#ur tÅzFy$# tx.sur ©!$# #ZÏVx. ÇËÊÈ
Artinya
: Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik
bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari
kiamat dan Dia banyak menyebut Allah. (QS.
Al-Ahzab: 21).
Seorang mukmin sejati wajib memulai sesuatu dari
dirinya sebelum dia mengajak orang lain. Adalah mudah bagi seseorang untuk
mengaku beragama, akan tetapi memang sulit untuk mempraktekkannya pada diri
sendiri dan menjadi dirinya sebagai panutan yang dicontoh bagi umat manusia.
Hal ini sesuai dengan surat albaqarah ayat 44:
* tbrâßDù's?r& }¨$¨Y9$# ÎhÉ9ø9$$Î/ tböq|¡Ys?ur öNä3|¡àÿRr& öNçFRr&ur tbqè=÷Gs? |=»tGÅ3ø9$# 4 xsùr& tbqè=É)÷ès? ÇÍÍÈ
Artinya : mengapa kamu menyuruh orang
lain (mengerjakan) kebaikkan, sedangkan kamu melupakan diri (kewajiban) mu
sendiri, Padahal kamu membaca Al kitab? Maka tidaklah kamu berpikir?
(Q.S. al – baqarah :44)
Dari ayat diatas telah dinyatakan, bahwa
hendaklah seorang da’I memberikan contoh yang baik bagi kepada mad’u nya,
karena biasanya mad’u akan mudah menerima dakwah yang disampaikan da’I apabila
dakwahnya diiringi dengan sikap dan kepribadiannya yang baik.
2.
Mengikat hati
sebelum menjelaskan
Prinsip mengikat hati
sebelum berdakwah
a.
Prinsip kasih
sayang (arrahman arrahim) seperti yang terdapat dalam surat al Anbiya’ 107
!$tBur »oYù=yör& wÎ) ZptHôqy úüÏJn=»yèù=Ïj9 ÇÊÉÐÈ
Artinya
: Dan Tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi
semesta alam.( Q.S al Anbiya’ 107)
b.
Prinsip adabtasi
dengan kondisi dan situasi apapun yaitu tetap berdakwah meski dalam keadaan
senang maupun susah
c.
Prinip berkata dengan perkataan yang
lemah, lembut, sopan serta bahasa yang menyentuh hati seperi dalam surat Ali- Imran
159
$yJÎ6sù 7pyJômu z`ÏiB «!$# |MZÏ9 öNßgs9 ( öqs9ur |MYä. $àsù xáÎ=xî É=ù=s)ø9$# (#qÒxÿR]w ô`ÏB y7Ï9öqym ( ß#ôã$$sù öNåk÷]tã öÏÿøótGó$#ur öNçlm; öNèdöÍr$x©ur Îû ÍöDF{$# ( #sÎ*sù |MøBztã ö@©.uqtGsù n?tã «!$# 4 ¨bÎ) ©!$# =Ïtä tû,Î#Ïj.uqtGßJø9$# ÇÊÎÒÈ
Artinya
: Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu Berlaku lemah lembut terhadap
mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka
menjauhkan diri dari sekelilingmu. karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah
ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. kemudian
apabila kamu telah membulatkan tekad, Maka bertawakkallah kepada Allah.
Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya. (QS. Ali-
Imran 159)
d.
Prinsip sabar dalam menghadapi cobaan yaitu dalam surat an-Nahl 126-127
÷bÎ)ur óOçGö6s%%tæ (#qç7Ï%$yèsù È@÷VÏJÎ/ $tB OçFö6Ï%qãã ¾ÏmÎ/ ( ûÈõs9ur ÷Län÷y9|¹ uqßgs9 ×öyz úïÎÉ9»¢Á=Ïj9 ÇÊËÏÈ ÷É9ô¹$#ur $tBur x8çö9|¹ wÎ) «!$$Î/ 4 wur ÷btøtrB óOÎgøn=tæ wur Ûs? Îû 9,ø|Ê $£JÏiB crãà6ôJt ÇÊËÐÈ
Artinya
: 126. Dan jika kamu memberikan balasan, Maka balaslah dengan Balasan yang sama
dengan siksaan yang ditimpakan kepadamu. akan tetapi jika kamu bersabar,
Sesungguhnya Itulah yang lebih baik bagi orang-orang yang sabar.
127.
bersabarlah (hai Muhammad) dan Tiadalah kesabaranmu itu melainkan dengan
pertolongan Allah dan janganlah kamu bersedih hati terhadap (kekafiran) mereka
dan janganlah kamu bersempit dada terhadap apa yang mereka tipu dayakan. (Q.S
an-Nahl 126-127)
3.
Mengenal sebelum
Memberi Beban
Para
dai harus menjelaskan secara rinci apa-apa yang ingin mereka sampaikan kepada
objek dakwah , sebelum memberi beban kepada mereka. Memberi tahu sumber
makrifat dan segala motivasi serta tujuan yang melandasi semua amalan tersebut.
Dai harus memberitahu sumber taklif atau landasan beramal agar hati orang yang
beramal mantap dan menambah kesanggupannya dalam ketaatan.
Fase pengenalan sangat
penting dalam dakwah, karena apabila seorang dai baik dalam mengemukakan awal
dakwahnya berupa pengenalan, maka hati manusia akan terbuka untuk menerima dan
mereka menjadi senang untuk melaksanakannya.
4.
Bertahap dalam Pembebanan
Pekerjaan
yang paling sulit dan paling berat adalah aktivitas pendidikan dan pembinaan
karena jiwa-jiwa beragam itu masing-masing
mempunyai tabiat yang khusus dan spesifik. Dari situlah diperlukan cara
yang khusus untuk membina dan memperbaikinya.
Oeh karena itu Rasulullah memberikan jalan keluar yang berbeda kepada
setiap orang, dan mengarahkan sesuai dengan tingkat kemampuannya. Kemudian setiap
dai wajib bersikap lembut dan melakukan pendekatan serta terapi secara
bertahap. Adapun tahap-tahap dalam memberikan pembebanan sebagai berikut :
a.
Berbicara kepada
orang sesuai dengan kadar kemampuannya
b.
Menunda
penjelasan
c.
Allah Yang Kasih mengajari kita
d.
Bersama
Rasulullah sang guru
e.
Tidak melakukan
suatu tindakan kebaikan karena khawatir orang salah paham lalu terjerumus dalam
kesalahan lebih dalam lagi
f.
Kaidah yang
harus diperhatikan
5.
Memudahkan bukan
menyulitkan
Seorang
dai wajib berbicara dengan manusia sesuai dengan kadar akalnya, sehingga
memudahkan apa-apa yang terasa sulit dan menjelasakan apa-apa yang belum jelas
bagi mereka. Diantara mempermudah itu adalah menjauhi sikap sok fasih dan
berlebihan dalam berbicara. Ini adalah suatu sikap dan perbuatan yang dituntut
untuk memiliki oleh setiap dai.
6.
Yang pokok
sebelum yang cabang
Karena
seorang dai wajib membawa objek dakwah menuju keluasan cakrawala islam dan
mengarahkan pribadi mereka dengan penuh semangat dan keimanan kea rah kehidupan
yang islami, yang akan membawa manusia kepada yang hakiki maka seorang dai
perlu untuk terlebih dahulu melaksanakan apa-apa yang menjadi kewajiban
dirinya,baru kemudian dia berupaya mengubah apa-apa yang ada pada orang lain
sampai Allah berkehendak untuk mengubah itu semua dari kerusakan menjadi
kebaikan.
Agar seorang dai dapat
berinteraksi dengan jiwa madu, disini seorang dai wajib memulai dari yang pokok
dengan metode yang mudah dipahami oleh objek objek dakwah, sehingga pesan dakwah
sampai kepada mereka.
7.
Membesarkan Hati
sebelum Memberi Ancaman
Seruan
untuk berbuat kebaikan, melaksanakan ketaatan dan beristiqamah di atas perintah
Allah adalah amal saleh yang sangat ditekankan dalam Al Quran dan sunnah. Semua
itu didahului dengan berbagai janji dan kabar gembira yang banyak baik di dunia
maupun di akhirat. Oleh karena itu setiap dai wajib mendahulukan kabar gembira
sebelum ancaman.
Adapun cara-cara dalam
membesarkan hati sebelum memberi ancamanyaitu :
a.
Masyhadah
b.
Muhasabah
c.
Muqasafah
d.
Muqarabah
8.
Memahamkan bukan
Mendikte
Semua
amal menuntut adanya pemahaman mendalam tentang pokok-pokok ajaran islam maupun
cabang-cabangnya, dasar-dasar islam maupun detail ajarannya. Bukan sekedar
nash-nash yang dibacakan saja, tetapi juga ruh yang menghidupkan dan cahaya yan
menerangi jalan. Dia mempunyai kepedulian dan perhatian yang besar untuk
melihat dirinya, orang lain dan kehidupan ini dengan mata hatinya yang tajam.
Untuk itu seorang dai harus mampu menghidupkan suasana untuk menyampaikan
risalah islam dengan pemahaman yang mendalam dan kepekaan yang tinggi. Karena
islam bukan sekedar tumpukan nash-nash tekstual yang ditransfer dan diomongkan
dari mulut ke mulut sebagaimana yang dipahami oleh sebagaian orang.
9.
Mendidik bukan Memperlakukan
Yaitu
seorang dai tidak boleh mempermalukan madu apabila madu tersebut berbuat salah
melainkan memberikan nasehat yang tidak membuat madu terpuruk dan putus asa
tetapi memberikan nasehat yang mengandung motivasi dan memcerdaskan madu untuk
kembali ke jalan islam.
10. Muridnya
Guru bukan Muridnya Buku
Diantara
kesalahan yang paling besar yang diambil oleh seorang da’I yang mengambil nash-
nash Al-Qur'an dan hadits secara langsung dan berguru kepada buku, tanpa mau
merujuk pada orang alim yang mempunyai keahlian dibidang itu. atau merujuk
kepada seorang da’I yang ahli, yang bisa menjelaskan kepadanya tentang
kesulitan–kesulitan yang sedang
dihadapi, berupa pemahaman dan segala sesuatu yang tidak dipahaminya.
D. Konsep
Dasar Fiqh Dakwah Dalam Memahami Sikap Dan Perilaku Sosial Manusia Dengan
Lingkungannya
Aktivitas masyarakat dewasa ini
berkembang begitu cepat dan pesat, melampaui kecepatan berpikir manusia.
Demikian ungkap Dr. Ali Gom'ah, Mufti Negara Mesir. Realita ini berdampak pada
munculnya penyikapan-penyikapan yang cenderung datar dan mengambang dari
berbagai macam lapisan masyarakat, termasuk diantaranya para da'i. Sehingga
tidak jarang sikap-sikap tersebut bukannya menyelesaikan masalah. Akan tetapi
malah sebaliknya, semakin menambah runyam permasalahan yang ada.
Sebagaimana dalam surat an-Nahal ayat
44
ÏM»uZÉit7ø9$$Î/ Ìç/9$#ur 3 !$uZø9tRr&ur y7øs9Î) tò2Ïe%!$# tûÎiüt7çFÏ9 Ĩ$¨Z=Ï9 $tB tAÌhçR öNÍkös9Î) öNßg¯=yès9ur crã©3xÿtGt ÇÍÍÈ
Artinya
: Keterangan-keterangan (mukjizat) dan kitab-kitab. dan Kami turunkan kepadamu
Al Quran, agar kamu menerangkan pada umat manusia apa yang telah diturunkan
kepada mereka dan supaya mereka memikirkan.( QS. an-Nahal ayat 44)
1.
subjek dakwah
Adapun
subjek dakwah pada hakekatnya adalah Allah SWT. Kemudian dalam alquran
dijelaskan subjek dakwah adalah para rasul dan orang-oran mukmin. Kemudian
dapat diambil kesimpulan bahwa yang menjadi subjek dakwah ialah orang- orang
mukmin. Sebagaimana dalam surat Ali-Imran 104 :
`ä3tFø9ur öNä3YÏiB ×p¨Bé& tbqããôt n<Î) Îösø:$# tbrããBù'tur Å$rã÷èpRùQ$$Î/ tböqyg÷Ztur Ç`tã Ìs3YßJø9$# 4 y7Í´¯»s9'ré&ur ãNèd cqßsÎ=øÿßJø9$# ÇÊÉÍÈ
Artinya
: Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada
kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar. merekalah
orang-orang yang beruntung.( Ali-Imran 104)
3.
Objek
dakwah
Objek dakwah terbagi
atas dua yaitu :
a.
Umat ijabah
yaitu orang islam yang sudah islam
b.
Umat dakwah
yaitu umat non muslim
4.
Pesan
atau materi dakwah
Ada
dua yaitu :
a.
Makkiyah berupa
keyakinan/ akidah (beribadah, berpuasa atau mengesakan Allah)
b.
Madaniyah yaitu
masalah social
5.
Metode dakwah
Ada
3 metode dakwah berdasarkan surat an nahl 125 yaitu :
a.
Metode hikmah yaitu
cara dakwah melalui beranekaragam informasi tentang pemberdayaan akal dalam
dalam mengenal Tuhan dengan segala konsekuensi logis yang dapat mengantarkan
orang lain untuk dapat berbuat kepada yang bermanfaat dalam menempuh kehidupan
lahiriah dan batiniah. Yaitu berupa
1)
Komparatif
2)
Kisah
3)
Perumpamaan
4)
Sumpah
5)
Wisata
b.
Metode mauizatul
hasanah yaitu metode dakwah dengan penerangan dan penyiaran sera
bimbingan-bimbingan kepada masyarakat dengan mempergunakan gaya bahasa yang
relevan dengan keadaan umat diiringi dengan dalil-dalil yang jelas. Yaitu
dengan cara :
c.
1)
Mempergunakan bahasa
yang relevan
2)
Nasehat dan
wasiat
3)
Memberi khabar
gembira dan khabar petakut
4)
Uswatun hasanah
d.
Metode mujadilah
al lati hiya ahsan yaitu metode dakwah dengan cara diskusi yang dilandasi
argumentasi yang mempergunakan dalil yang kompleksitas dan dapat memberikan
petunjuk. Yaitu dengan cara :
1)
Al asilah wa
ajwibah (tanya jawab)
2)
Hiwar (dialog)
E. PENUTUP
Sekian
makalah kami. Untuk itu kami akan sangat senang sekali bila pembaca mau
memberikan kritik dan saran yang membangun demi kemajuan makalah kami
kedepannya. Terima kasih.
DAFTAR
BACAAN
A. Hasyimi, Dustur Dakwah Menurut Al-Qur'an,
bulan bintang,Jakarta:
Al-Qur'an
dan terjemahan digital
Amin, Munir, Samsur. Ilmu Dakwah, Hamzah,
Jakarta:2009
Aziz, Amin Abdul, Jum’ah, Fiqih Dakwah,
intermedia,solo: 2005, hal 24
Aziz.
Ali. Moh. Ilmu Dakwah Edisi Revisi, kencana, Jakarta: 2009
Kamus
besar bahasa Indonesia digital
Natsir,M. Fiqhu Dakwah,media da’wah:1989
Sarwat,
Ahamad, Pengertian Fiqih, artikel, minggu tanggal 24 – 02 – 2013 20:15
Zainal,Amin,Sayani,Bin,Nor.
Fiqh Dakwah Perlu Dipahami Oleh Pendakwah, artikel. minggu
tanggal 24 – 02 – 2013 jam 20: 20

PRINSIP-PRINSIP
DAKWAH DAN HAL-HAL YANG BERKAITAN DENGAN DAKWAH
Oleh:
Wendra, Desi &Watil
A.
PENDAHULUAN
Dakwah
adalah mengajak manusia dengan cara bijaksana kepada jalan yang benar sesuai
dengan perintah tuhan untuk keselamatan dan kebahagian mereka didunia dan di
akhirat. Untuk keberhasilan kegiatan Dakwah tentu ada beberapa faktor atau hal yang harus diperhatikan demi
terwujudnya tujuan dakwah, terutama oleh para Da’i, dari segi persipan Da’i itu
sendiri, pesan yang ia sampaikan dan bagaimana ia menyesuaikan diri dengan
lingkungan Mad’u nya. Disini pemakalah
mencoba menguraikan apa itu sebenrnya Dakwah, dan faktor-faktor apa saja yang
bisa menunjang keberhasilan Dakwah itu sendiri.
B.
PEMBAHASAN
1. Makna Dakwa
Diantara
makna dakwah secara bahasa adalah[10]:
a.
An-Nida artinya
memanggil
b.
Ad-du’a ila sya’i,
artinya Menyeru dan mendorong pada sesuatu
c.
Ad- -da’wat ila
qadhiyat, artinya menegaskan atau membelanya baik yang terhadap hak ataupun
yang batil, yang positif maupun yang negatif
d.
Suatu usaha
berupa perkataan atau perbuatan untuk menarik manusia kesuatu aliran atau agama
tertentu
e.
Memohon dan
meminta yang sering dengan istilah
berdoa
Makna dakwah menurut para ahli[11]:
a.
Abu Bakar
Zakaria
Dakwah adalah usaha para ulama dan
orang-orang yang memiliki pengetahuan agama Islam untuk memberikan pengajaran kepada
khalayak umum sesuai dengan kemampuan yang dimiliki tentang hal-hal yang mereka
butuhkan dalam urusan dunia dan keagamaan.
b.
Syekh Muhammad
al-Rawi
Dakwah adalah pedoman hidup yang
sempurna untuk manusia beserta ketetapan hak dan kewajibannya.
c.
Syekh Ali bin
Salih al-Mursyid
Dakwah adalah sistem yang berfungsi menjelaskan
kebenaran, kebajikan, dan petunjuk agama, sekaligus menguak berbagai kebathilan
beserta media dan metodenya melalui sejumlah teknik, metode, dan media yang
lain.
d.
Syekh Muhammad
al-Khadir Husain
Dakwah adalah
menyeru manusia kepada kebajikan dan petunjuk serta menyuruh kepada kebajikan
dan melarang kemungkaran agar mendapat kebahagiaan didunia dan diakhirat.
e.
Syekh Muhammad
al-Ghazali
Dakwah adalah
program sempurna yang menghimpun semua pengetahuan yang dibutuhkan oleh manusia
disemua bidang,agar ia dapat memahami tujuan hidupnya serta menyelidiki
petunjuk jalan yang mengarahkannya menjadi orang-orang yang mendapat petunjuk.
f.
Prof. Toha Yahya
Omar, M.A
Dakwah adalah mengajak manusia dengan cara yang
bijaksana kepada jalan yang benar sesuai dengan perintah tuhan, untuk
keselamatan dan kebahagiaan mereka didunia dan diakhirat.[12]
g.
Prof. A Hasjmi
Dakwah adalah mengajak orang lain untuk meyakini
dan mengamalkan aqidah dan syariah Islamiyah yang terlebih dahulu telah
diyakini dan diamalkan oleh pendakwah sendiri.
h.
Syaikh Ali
Mahfudz
Dakwah adalah memotivasi manusia untuk berbuat
kebajikan, mengikuti petunjuk, memerintahkan kebaikan dan mencegah kemungkaran
agar mereka memperoleh kebaikan didunia dan diakhirat.
i.
M. Natsir
Dakwah adalah usaha-usaha menyerukan dan
menyampaikan kepada perorangan manusia dan seluruh umat manusia konsepsi Islam
tentang pandangan dan tujuan hidup manusia didunia ini, dan yang meliputi al-amar bi al-ma’ruf an-nahyu an al-munkar
dengan berbagai macam cara dan media yang diperbolehkan akhlak dan membimbing
pengalamannya dalam peri kehidupan masyarakat dan peri kehidupan bernergara.
j.
Prof.H.M.
Arifin, M.Ed.
Dakwah sebagai suatu kegiatan
ajakan baik dalam bentuk lisan, tulisan, tingkah laku dan sebagainya yang
dilakukauan secara sadar dan berencana dalam usaha mempengaruhi orang lain baik
secara individual maupun secara kelompok agar timbul dalam dirinya suatu pengertian
kesadaran, sikap, penghayatan, serta pengamalan terhadap ajaran agama sebagai
message yang disampaikan kepadanya dengan tanpa adanya unsur-unsur pemaksaan.
Makna dakwah sangat luas. Tak
sekadar berceramah, bahkan terkadang tidak harus dengan mengajak. Melalui
keteladanan, akhlak dan perilaku baik, bisa jadi kita telah berdakwah dan
mendapat pahala-Nya[13].
Lafaz dakwah sering disebut dalam
Al-Qur'an dan As-Sunnah. Maka untuk memahami arti dakwah, baik secara bahasa
maupun istilah, kita perlu memahami maksud penggunaan lafaz dakwah dalam
Al-Quran maupun As-Sunnah.
a)
Dakwah = Perintah
Meminta dengan sangat untuk memenuhi
seruandisambut ataupun tidak permintaan itu. Permintaan ini berkaitan dengan
keyakinan, perkataan dan amal perbuatan. Hai orang-orang yang beriman,
penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul apabila Rasul menyerumu kepada sesuatu
yang memberi kehidupan kepadamu...(QS Al-Anfal [8]: 24).
b)
Dakwah = Undangan
Dari Jabir ra bahwa Rasulullah saw
bersabda, Jika salah seorang kalian diundang makan (duiya) maka datanglah
(memenuhi undangan). Jika ia mau makan maka makanlah dan jika tidak mau makan
maka tinggalkan/tidak menyantapnya, (HR Muslim, No. 3518).
c)
Dakwah = Permintaan
Mereka berkata, 'Mohonkanlah kepada
Tuhanmu untuk kami agar Dia menjelaskan kepada kami tentang (sapi betina) itu.'
Musa menjawab, 'Allah berfirman bahwa sapi betina itu tidak tua dan tidak muda,
(tetapi) pertengahan antara itu. Maka kerjakanlah apa yang diperintahkan
kepadamu,' (QS
Al-Baqarah [2]: 68).
d) Dakwah =
Istighasah
Berdoalah
kepada Tuhanmu dengan rendah hati dan suara yang lembut. Sungguh, Dia tidak
menyukai orang-orang yang melampaui batas, (QS Al-Araf [7]: 55).
Rasulullah saw bersabda, "Tidak
berdoa seorang Muslim dengan suatu doa yang doanya itu tidak dicampuri sesuatu
maksud jahat atau memutuskan silaturrahim, melainkan pastilah doa itu
diperkenankan Tuhan dengan memenuhi satu dari tiga cara. Ada kalanya doa itu
diterima dengan segera, adakalanya disimpan dahulu untuk persediaannya di
akhirat, dan adakalanya dipalingkan daripadanya kejahatan yang
seumpamanya."
e)
Dakwah = Seruan
Dari Jabir bin Abdillah ra,
Rasulullah saw bersabda, Barangsiapa yang mengatakan tatkala mendengar seruan
(azan): Allahuma Rabba hadzihi ad-dawah ataamah wa sholatul qooimah aati
muhammadan alwasilah wal fadzilah wab-atshu maqoman mahmudan aladzi waadtahu
(Ya Allah Rabb yang menguasai seruan yang sempurna ini dan shalat yang akan
didirikan ini, berilah Muhammad wasilah dan keutamaan dan utuslah beliau ke
tempat yang terpuji seperti yang Engkau janjikan), maka orang tersebut pasti
mendapatkan syafaat dariku kelak di hari kiamat, (HR Bukhari, No. 614).
Allah dan Rasul
membeikan perhatian khusus kepada para Da’i, dan Allah telah memberikan
gambaran tentang orang-orang yang berdakwah di jalannya, sebagai orang yang
paling baik perkataannya. Hal ini tertuang dalam firman-Nya QS. Fushilat(41):33
وَمَنْ أَحْسَنُ قَوْلا مِمَّنْ دَعَا إِلَى اللَّهِ وَعَمِلَ
صَالِحًا وَقَالَ إِنَّنِي مِن الْمُسْلِمِين
Arinya : Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru
kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh dan berkata: "Sesungguhnya aku
termasuk orang-orang yang berserah diri?".( QS. Fushilat(41):33)
Ayat tersebut mengingatkan kepada
para dai dan memberikan sanjungan kepada
mereka, bahwasanya tidak ada seorangpun yang lebih baik perkataannya daripada
mereka, terutama para Rasul, kemudian para pengikutnya, sesuai dengan tingkatan
mereka dalam dakwah ilmu, dan keutamaan.
Rasulullahpun telah memberikan
kabar gembira kepada para da’i bahwa barang siapa yang mengajak suatu kaum
kepada kebaikan, maka dirinya akan memperoleh pahala, sebanyak pahala
orang-orang yang mengikuti seruannya tersebut, tanpa mengurangi pahala orang
yang bersangkutan tentunya.
Dari ibnu Uqbah bin Amr Al-Anshri Al-Badri, ia berkata:
rasulullah bersabda: “barang siapa yang menunjukan kepada kebaikan, maka ia
memperoleh pahala seperti pahala orang-orang yang melakukan kebaikan itu.”
(HR. Muslim)
Dakwah merupakan tugas mulia, dan barang siapa yang mengerjakan Dakwah,
maka ia termasuk orang-orang yang beruntung, firman Allah Q.S Ali-Imran: 104
`ä3tFø9ur öNä3YÏiB ×p¨Bé& tbqããôt n<Î) Îösø:$# tbrããBù'tur Å$rã÷èpRùQ$$Î/ tböqyg÷Ztur Ç`tã Ìs3YßJø9$# 4 y7Í´¯»s9'ré&ur ãNèd cqßsÎ=øÿßJø9$# ÇÊÉÍÈ
Artinya: Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan
umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah
dari yang munkar[15]; merekalah orang-orang
yang beruntung.
Banyak ayat Al-Quran dan hadits
Rasulullah saw yang mengemukakan fadhail (keutamaan) dakwah yang sangat mulia.
Dengan mengetahui, memahami, dan menghayati keutamaan dakwah ini seorang muslim
akan termotivasi secara kuat untuk melakukan dakwah. Mengetahui keutamaan
dakwah termasuk faktor terpenting yang mempengaruhi konsistensi seorang muslim
dalam berdakwah dan menjaga semangat dakwah, karena keyakinan terhadap
keutamaan dakwah dapat menjadikannya merasa ringan menghadapi beban dan
rintangan dakwah. Beberapa keutamaan dakwah adalah[16]:
1.
Dakwah
adalah Muhimmatur Rusul (Tugas Utama Para Rasul alaihimussalam)
Para
rasul alaihimussalam adalah orang yang diutus oleh Allah swt untuk melakukan
tugas utama mereka, yakni berdakwah kepada Allah. Keutamaan dakwah
terletak pada disandarkannya kerja dakwah ini kepada manusia yang paling
utama dan mulia yakni Rasulullah saw dan saudara-saudara beliau para nabi &
rasul alaihimussalam.
قُلْ
هَذِهِ سَبِيلِي أَدْعُو إِلَى اللَّهِ عَلَى بَصِيرَةٍ أَنَا وَمَنِ اتَّبَعَنِي
وَسُبْحَانَ اللَّهِ وَمَا أَنَا مِنَ الْمُشْرِكِينَ
Artinya : Katakanlah
(Hai Muhammad): "Inilah jalanku: aku dan orang-orang yang mengikutiku
berdakwah (mengajak kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata, Maha
Suci Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik". (Yusuf
(12): 108).
2.
Dakwah adalah Ahsanul
A’mal (Amal yang Terbaik)
Dakwah adalah amal yang terbaik, karena da’wah memelihara
amal Islami di dalam pribadi dan masyarakat. Membangun potensi dan memelihara
amal sholeh adalah amal da’wah, sehingga da’wah merupakan aktivitas dan amal
yang mempunyai peranan penting di dalam menegakkan Islam. Tanpa da’wah ini maka
amal sholeh tidak akan berlangsung.
وَمَنْ أَحْسَنُ قَوْلاً مِّمَّن
دَعَا إِلَى اللَّهِ وَعَمِلَ صَالِحًا وَقَالَ إِنَّنِي مِنَ الْمُسْلِمِينَ
Artinya : Siapakah
yang lebih baik perkataannya daripada orang yang berdakwah (menyeru) kepada
Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: "Sesungguhnya aku
termasuk orang-orang yang menyerah diri?" (Fushilat (41): 33).
3. Para
da’i akan memperoleh balasan yang besar dan berlipat ganda (al-hushulu ‘ala
al-ajri al-‘azhim).
قَالَ رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم لِعَلِيٍ:
فَوَاللَّهِ لَأَنْ يَهْدِيَ اللَّهُ بِكَ رَجُلاً خَيْرٌ لَكَ مِنْ أَنْ يَكُونَ لَكَ حُمْرُ النَّعَمِ. رواه البخاري ومسلم وأحمد
“Sabda Rasulullah saw kepada Ali bin Abi Thalib: “Demi
Allah, sesungguhnya Allah swt memberikan hidayah kepada seseorang dengan
(da’wah)mu, maka itu lebih baik bagimu dari unta merah.” (HR. Bukhari, Muslim
& Ahmad).
3. Da’wah
dapat menjadi penyelamat dari azab Allah swt (An-Najatu minal ‘Azab)
Da’wah
yang dilakukan oleh seorang da’i akan membawa manfaat bagi dirinya sebelum
manfaat itu dirasakan oleh orang lain yang menjadi objek dawahnya (mad’u).
Manfaat itu antara lain adalah terlepasnya tanggung jawabnya di hadapan Allah
swt sehingga ia terhindar dari adzab Allah.
4. Da’wah
adalah Jalan Menuju Khairu Ummah
Rasulullah
saw berhasil mengubah masyarakat jahiliyah menjadi umat terbaik sepanjang zaman
dengan dakwah beliau. Dakwah secara umum dan pembinaan Da’i sebagai asset SDM
dalam dakwah secara khusus adalah jalan satu-satunya menuju terbentuknya khairu
ummah yang kita idam-idamkan. Rasulullah saw melakukan tarbiyah mencetak
kader-kader dakwah di kalangan para sahabat beliau di rumah Arqam bin Abil
Arqam ra, beliau juga mengutus Mush’ab bin Umair ra ke Madinah untuk membentuk
basis dan cikal bakal masyarakat terbaik di Madinah (Anshar).
a.
Melakukan
persiapan
Dalam
permulaannya, dakwah harus disempurnakan persiapannya dan harus ditilik latar
belakangnya, pengumpulan kekuatannya, dan menjaga hal-hal yang dibutuhkan oleh
situasi, kondisi dan fakta yang ada.
b.
Ikhlas
Dari
garis ikhlas ini dakwah dapat berjalan setelah beberapa pendahuluan dan
pelajaran ini, maka berjalanlah modal utama dakwah dan penuntunnya yang berupa
ikhlas dan pasrah diri (tawakal) kepada Allah.
c.
Pemahaman yang
mendalam
Sebelum
seorang da’I terjun kelapangan, alangkah akan baiknya bila terlebih dahulu da’I
tersebuut memiliki pemahaman yang kuat dengan apa yang akan disampaikannya. Hal
ini agar nantiny ada’I itu tidak salah dalam menyampaikan pesan- pesan ke pada
mad’unya.
d.
Keimanan yang
kuat
Iman adalah kekuatan dari
segala- galanya. Bila iman kuat maka da’I akan mampu bertahan dalam kondisi dan
situasi apapun dalam berdakwah.
e.
Kecintaan yang
kukuh
Dakwah tidak akan berhasil bila
da’I tidak menaruh perhatian yang besar kepada mad’unya.
f.
Kesadaran yang
sempurna
Kesadaran yang sempurna yang
dimaksud adalah bahwa tugas yang diemban oleh da’I adalah dia sebagai penyampai
pesan- pesan keagamaan, jadi tidak mungkin dia bermain- main dalam hal itu.
g.
Kerja yang
kontiniu
Dakwah tidak akan berhasil
dalam waktu sehari atau sekali sampai saja. Tapi dakwah yang berhasil adalah
dakwah yang dilakukan berulang – ulang dan terus menerus.
IV.
Keberhasilan
Dakwah Rasulullah
Rasulullah SAW
adalah manusia teladan. Seyogyanya kita sebagai seorang muslim menjadikan
beliau idola. Kita juga harus selalu berusaha mencontoh kepribadian yang baik
yang ada dalam dirinya. Allah SWT berfirman dalam Al-Quran Surat Al
Ahzab/33:21
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي
رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ
الآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا
Artinya : Sesungguhnya telah ada pada
(diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang
mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut
Allah. [QS. Al Ahzab/33:21]
Seorang da’i hendaknya memperhatikan siroh beliau. Darinya
kita akan menemukan kesungguhan dan upaya Rasulullah SAW yang tidak pernah
kenal lelah dalam gerak da’wahnya. Sebagai seorang manusia, Rasulullah tentu
memiliki sifat manusiawi yaitu rasa sedih terhadap da’wah beliau yang tidak
diterima oleh orang kafir, namun karena beliau dapat mengontrol dirinya, maka
da’wah Islam terus berjalan. Allah SWT menggambarkan kepribadian beliau dalam
firman-Nya surat At Taubah/9:128
لَقَدْ جَاءَكُمْ رَسُولٌ مِنْ
أَنْفُسِكُمْ عَزِيزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ حَرِيصٌ عَلَيْكُمْ بِالْمُؤْمِنِينَ
رَءُوفٌ رَحِيمٌ
Artinya : Sungguh telah datang kepadamu
seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat
menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, Amat belas kasihan lagi
Penyayang terhadap orang-orang mukmin. (QS. At
taubah/9:128)
فَلَعَلَّكَ بَاخِعٌ
نَفْسَكَ عَلَى آثَارِهِمْ إِنْ لَمْ يُؤْمِنُوا بِهَذَا الْحَدِيثِ أَسَفًا
Artinya : Maka
(apakah) barangkali kamu akan membunuh dirimu karena bersedih hati setelah
mereka berpaling, Sekiranya mereka tidak beriman kepada keterangan ini
(Al-Quran). [QS. Al Kahfi/18:6]
Selain kepribadian di atas, Rasulullah SAW juga adalah
seorang utusan yang merupakan sosok pengamal ajaran Islam yang paling sempurna.
Rasulullah SAW memiliki akhlak yang mulia. Kemuliaan akhlaq beliau tertulis
dalam firman Allah SWT surat Al Qolam/68:4:
وَإِنَّكَ
لَعَلى خُلُقٍ عَظِيمٍ
Artinya : ”Dan Sesungguhnya kamu
benar-benar berbudi pekerti yang agung” [QS. Al
Qolam/68:4]
Rasulullah SAW tidak pernah cacat di masyarakatnya. Selain
karena terlahir dari keluarga mulia, Nabi Muhammad SAW juga selalu dikenal
hanya mengerjakan perbuatan yang mulia saja. Beliau memiliki prestasi yang
diakui oleh ummatnya sejak usia belia.
Faktor kesempurnaan Islam dan kepribadian Rasulullah SAW
memungkinkan lahirnya faktor utama yaitu faktor “kebersamaan Allah SWT dan
pertolongan-Nya” yang memang hal itu telah menjadi janji Allah SWT yang
tertulis dalam Al-Quran surat Muhammad/47:7:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ
آمَنُوا إِنْ تَنْصُرُوا اللَّهَ يَنْصُرْكُمْ وَيُثَبِّتْ أَقْدَامَكُمْ
Arinya : “Hai orang-orang
mukmin, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan
meneguhkan kedudukanmu..” [QS. Muhammad/47:7]
Ayat di atas sama dengan ayat 40 dalam Surat Al-Hajj. Dalam
Surat Al-Hajj ayat 40 itu tertera sifat Allah yaitu Allah Maha Kuat dan Maha
Perkasa. Allah menyatakan diri-Nya memiliki sifat Mahakuat dan Mahaperkasa.
Dengan kekuatan-Nya, Allah menciptakan segala sesuatu lalu menetapkan kadarnya,
dan dengan keperkasaan-Nya tidak ada yang dapat memaksa-Nya dan tidak ada pula
yang dapat mengalahkan-Nya. Bahkan segala sesuatu tunduk dan membutuhkan-Nya.
Dan siapa yang ditolong Yang Mahakuat dan Mahaperkasa, maka dia pasti menang
dan musuhnya pasti kalah. Pertolongan Allah SWT akan datang tatkala hamba-Nya
menolong agama-Nya. Allah selalu bersama orang-orang yang senantiasa menegakkan
Islam. Sebagai seorang mu’min hendaknya kita selalu tegar dalam menghadapi para
musuh Allah. Sesungguhnya mereka semua tidak ada apa-apanya di mata Allah.
Setelah kita meyakini benar bahwa Islam adalah agama yang Haqq kemudian kita
merealisasikannya dalam perbuatan kita dan senantiasa berda’wah dalam rangka
menolong agama Allah ini, maka insya Allah pertolongan-Nya akan datang.
C.
PENUTUP
Kami menyadari bahwa makalah kami masih jauh dari
kesempurnaan, untuk itu kami sangat berbesar hati jika ada dari teman-teman
semua yang mau memberi penambahan ataupun kritikan demi lebih bagusnya makalah
untuk selanjutnya semoga ilmu yang kami sajikan dapat diambil manfaatnya,
terimaksih, Wassalam…
DAFTAR BACAAN
Drs.
Samsul Munir Amin, M.A, ilmu dakwah,
Amzah:jakarta,2009.
Fathul
Bahri an-Nabiry, Amzah, jakarta:2008.
http://www.ummi-online.com/berita-198-apa-makna-dakwah-kita.html
http://ikadi.or.id/artikel/fiqh-dakwah/733-keutamaan-dakwahfadhailaddawah.html
http://bintuahmad.wordpress.com/2012/05/16/faktor-faktor-keberhasilan-dawah-rasulullah-saw/
Juma’ah
Amin Abdul azis, Fiqih Dakwah, Era Intermedia, Solo:2005.
Prof.Dr.Moh.
Ali azis, Mag, ilmu dakwah, kencana:2004.
Sayyid Muhammad Alwi
al-maliki al-hasani, kiat sukses berdakwah, al-haramah II ath-thaba’ah wa
An-Nasyr wa at- tauzi,Amzah, jakarta.
[1]
Moh. Ali aziz, ilmu dakwah edisi revisi, kencana prenada media group,
Jakarta : 2009. Hal 157
[2]
ibid Hal156
[3]
Ahamad sarwat, pengertian fiqih, artikel, minggu tanggal 24 – 02 – 2013
jam 20: 15
[4]
Ahamad sarwat, pengertian fiqih, artikel, minggu tanggal 24 – 02 – 2013
jam 20: 15
[5]
Jum’ah amin abdul aziz, fiqih dakwa, intermedia,solo: 2005, hal 24
[6] Nor Amin Sayani Bin Zainal, fiqh
dakwah perlu dipahami oleh pendakwah, artikel. minggu tanggal 24 – 02 –
2013 jam 20: 20
[7] A.
Hasyimi, dustur dakwah menurut Al-Qur'an, bulan bintang,Jakarta: 1974
hal 1
[8]
Moh. Ali aziz, ilmu dakwah edisi revisi, kencana prenada media group,
Jakarta : 2009. Hal 160
[9]
Kaidah dalam kamus besar KBBI berarti rumusan
asas yg menjadi hukum; aturan yg sudah pasti; patokan; dalil.
[10]
Juma’ah Amin Abdul azis, Fiqih Dakwah, Era Intermedia, Solo:2005, hal 24.
[11]
Prof.Dr.Moh. Ali azis, Mag, ilmu dakwah, kencana:2004, hal 11.
[12] Drs. Samsul Munir Amin, M.A, ilmu dakwah, Amzah:jakarta,2009, hal 3
[13]
http://www.ummi-online.com/berita-198-apa-makna-dakwah-kita.html
[14]
Fathul Bahri an-Nabiry, Amzah, jakarta:2008, hal 63
[15] Ma'ruf: segala perbuatan yang mendekatkan kita kepada
Allah; sedangkan Munkar ialah segala perbuatan yang menjauhkan kita dari
pada-Nya
[17]
Sayyid Muhammad Alwi al-maliki al-hasani, kiat sukses berdakwah, al-haramah II
ath-thaba’ah wa An-Nasyr wa at- tauzi,Amzah, jakarta:2006 hal 3
Tidak ada komentar:
Posting Komentar