Rabu, 17 Juni 2015

FIQIH DAKWAH

Pengertian, Kaidah- Kaidah dan Konsep Dasar Fiqih Dakwah Dalam Memahami Sikap Prilaku Sosial Manusia dan Lingkungannya
Oleh: Vivi, Titin & Fahmi
A.      PENDAHULUAN
Istilah fiqh dakwah ditemukan pada abad 20 dengan lahirnya buku pertama yang ditulis oleh said kutub dengan judul Fiqh al Dakwah. [1]
Dalam perkembangannya, fiqh telah dikaji secara tematis, sehinga muncul istilah istilah baru yang merujuk pada masalah fiqh antara lain fiqh kedokteran, fiqh wanita dan fiqh dakwah (masalah yang terkait dengan kegiatan dakwah).dan lain- lain.
Istilah yang masih sepadan dengan pembahasan fiqh dakwah ialah fiqh al sirah (fiqh sejarah nabi Muhammad saw), fiqh al waqi’ (fiqh realitas), fiqh al masuliah (fiqh tanggung jawab sosial).
Defenisi fiqh al waqi’ adalah menjabarkan sumber ilmu pengetahuan yang masih bersifat global dalam alquran dan al sunnah ke dalam kejadian kejadian yang ada pada setiap waktu dan tempat, bukan mencari dasar untuk suatu dasar atau peristiwa. Fiqih ini menekankan pada nas yang terkait dengan perbuatan manusia, termasuk manusia sebagai sasaran dakwah.
Demikian pula, fiqh al masuliah juga membahas tugas tugas seorang muslim terhadap masyarakatnya. Diantara tugas tugas tersebut ialah ia berkewajiban menjadi seorang pendakwah.[2]
Fiqh dakwah dapat dikelompokkan ke dalam wilayah muamalah, oleh karena itu penjelasan tentang dakwah dalam alquran dan hadis tidak terperinci.
B.       Pengertian Fiqh Dakwah
Secara bahasa Fiqh dakwah berasal dari dua kata yaitu fiqh dan dakwah. Kata fiqih (فقه) secara bahasa punya dua makna. Makna pertama adalah al fahmu al mujarrad (الفهم المجرد), yang artinya adalah mengerti secara langsung atau sekedar mengerti saja Makna yang kedua adalah al fahmu ad daqiq (الفهم الدقيق), yang artinya adalah mengerti atau memahami secara mendalam dan lebih luas. [3] Sedangkan dalam istilah fiqih yaitu : ”Ilmu yang membahas hukum-hukum syariat bidang amaliyah (perbuatan nyata) yang diambil dari dalil-dalil secara rinci,”[4]
Sedangkan kata dakwah berasal dari kata da’a yang berarti menyeru, mengajak. Adapaun makna lain dari dakwah yaitu :
1.         An-Nida artinya memanggilda’a fulanahun ila fulanah (si fulan memanggil si fulan)
2.         Menyeru, ad du’a ila sya’iarinya menyeru dan mendorong kepada sesuatu
3.         Ad – dakwah’wat ila qaddiyat artinya : menegaskan atau membelanya, baik terhadap yang hak maupun yang bathil, yang positif maupun yang negative. [5]
 Sedangkan secara istilah dakwah yaitu: kegiatan menyeru dan menyakinkan orang lain supaya menerima sesuatu kepercayaan. Dakwah juga adalah mengajak untuk patuh kepada ajaran agama Islam dengan lebih sempurna.
Dari pengertian di atas, dapat di tarik kesimpulan tentang pengerian fiqh dakwah yaitu :memberi kefahaman, pengetahuan, mengenali hak diri dan tanggungjawab sebagai seorang yang menyebarkan seruan Islam kepada semua manusia untuk mengajak mereka mengenali Allah. Selain dari itu juga, fiqh dakwah adalah untuk mengajak atau menyeru manusia untuk mengamalkan ajaran Islam dengan lebih sempurna lagi.[6]
Dari pengertian diatas, dapat di intiisarikan dakwah islam itu terdapat dalam surat alfatiah, karena titik tuju dakwah islam itu member pengertian kepada umat manusia agar mengambil segala Allah SWT yang terkandung dalam Al-Qur'an untuk jalan hidupnya[7].
Adapun yang membedakan fiqh dakwah dengan ilmu dakwah adalah , ilmu dakwah membahas apa adanya tentang kegiatan dakwah, sedangkan fiqih dakwah membahas apa yang seharusnya di lakukan dalam kegiatan dakwah. Jika teologi dakwah laksana motor yang berfungsi sebagai pendorong, maka ilmu dakwah  adalah kendaraan beserta komponenya, dan fiqh dakwah merupakan jalan beserta rambu- rambunya. Dengan kata lain, agar bersemangat dalam berdakwah kita belajar teologi dakwah, untuk menemukan strategi dakwah kita mempelajari ilmu dakwah, dan supaya dakwah kita terarah dnegan benar dibutuhkan kajian tentang fiqh dakwah. [8]

C.      KAIDAH –KAIDAH[9] FIQIH DAKWAH
Kaidah –kaidah fiqih dakwah sering di pakai dalam memutuskan perkara hukum. Kaidah fiqih sering di rumuskan dengan kata yang singkat tapi dengan makna yang padat. Ada kaidah yang di dasarkan pada ayat suci Al-Qur'an dan hadits nabi Muhammad SAW dan adapula kaidah  yang merupakan generalisasi dari berbagia kasus.
Ada dua bentuk kaidah yang dapat di manfaatkan untuk kegiatan dakwah yaitu :
1.         Kaidah fiqih untuk dakwah (Al-qawa’id Al-fiqiyah li Al-Qur'an- dakwah ) yang di jadikan sebagai instrument yang berkenaan dengan dakwah.
2.         Prinsip – prinsip dakwah (Al-Qawa’id li dakwah ) yang menjadi strategi, metode, atau teknik dalam mencapai dakwah yang efektif.
Selain bentuk kaidah diatas, dalam fiqih dakwah juga dikenal beberapa kaidah lain yaitu :
1.         Memberi keteladanan sebelum berdakwah
Menurut kamus besar bahasa Indonesia teladan adalah memberikan contoh yang baik, atau menjadi contoh yang patut ditiru. Hal itulah yang harus dimiliki oleh seorang da’i. dalam menjadi seorang teladan, da’I dapat melihat contoh yang ada pada diri nabi Muhammad SAW, seperti yang dijelaskan dalam surat al – ahzab : 21
ôs)©9 tb%x. öNä3s9 Îû ÉAqßu «!$# îouqóé& ×puZ|¡ym `yJÏj9 tb%x. (#qã_ötƒ ©!$# tPöquø9$#ur tÅzFy$# tx.sŒur ©!$# #ZŽÏVx. ÇËÊÈ  
Artinya : Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah. (QS. Al-Ahzab: 21).

Seorang mukmin sejati wajib memulai sesuatu dari dirinya sebelum dia mengajak orang lain. Adalah mudah bagi seseorang untuk mengaku beragama, akan tetapi memang sulit untuk mempraktekkannya pada diri sendiri dan menjadi dirinya sebagai panutan yang dicontoh bagi umat manusia. Hal ini sesuai dengan surat albaqarah ayat 44:
* tbrâßDù's?r& }¨$¨Y9$# ÎhŽÉ9ø9$$Î/ tböq|¡Ys?ur öNä3|¡àÿRr& öNçFRr&ur tbqè=÷Gs? |=»tGÅ3ø9$# 4 Ÿxsùr& tbqè=É)÷ès? ÇÍÍÈ  
Artinya : mengapa kamu menyuruh orang lain (mengerjakan) kebaikkan, sedangkan kamu melupakan diri (kewajiban) mu sendiri, Padahal kamu membaca Al kitab? Maka tidaklah kamu berpikir? (Q.S. al – baqarah :44)
Dari ayat diatas telah dinyatakan, bahwa hendaklah seorang da’I memberikan contoh yang baik bagi kepada mad’u nya, karena biasanya mad’u akan mudah menerima dakwah yang disampaikan da’I apabila dakwahnya diiringi dengan sikap dan kepribadiannya yang baik.
2.         Mengikat hati sebelum menjelaskan
Prinsip mengikat hati sebelum berdakwah
a.         Prinsip kasih sayang (arrahman arrahim) seperti yang terdapat dalam surat al Anbiya’ 107
!$tBur š»oYù=yör& žwÎ) ZptHôqy šúüÏJn=»yèù=Ïj9 ÇÊÉÐÈ  
Artinya : Dan Tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.( Q.S al Anbiya’ 107)

b.        Prinsip adabtasi dengan kondisi dan situasi apapun yaitu tetap berdakwah meski dalam keadaan senang maupun susah

c.  Prinip berkata dengan perkataan yang lemah, lembut, sopan serta bahasa yang menyentuh hati seperi dalam surat Ali- Imran 159
$yJÎ6sù 7pyJômu z`ÏiB «!$# |MZÏ9 öNßgs9 ( öqs9ur |MYä. $ˆàsù xáÎ=xî É=ù=s)ø9$# (#qÒxÿR]w ô`ÏB y7Ï9öqym ( ß#ôã$$sù öNåk÷]tã öÏÿøótGó$#ur öNçlm; öNèdöÍr$x©ur Îû ͐öDF{$# ( #sŒÎ*sù |MøBztã ö@©.uqtGsù n?tã «!$# 4 ¨bÎ) ©!$# =Ïtä tû,Î#Ïj.uqtGßJø9$# ÇÊÎÒÈ  
Artinya : Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu Berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, Maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya. (QS. Ali- Imran 159)

d. Prinsip sabar dalam menghadapi cobaan yaitu dalam surat an-Nahl 126-127
÷bÎ)ur óOçGö6s%%tæ (#qç7Ï%$yèsù È@÷VÏJÎ/ $tB OçFö6Ï%qãã ¾ÏmÎ/ ( ûÈõs9ur ÷Län÷Žy9|¹ uqßgs9 ׎öyz šúïÎŽÉ9»¢Á=Ïj9 ÇÊËÏÈ   ÷ŽÉ9ô¹$#ur $tBur x8çŽö9|¹ žwÎ) «!$$Î/ 4 Ÿwur ÷btøtrB óOÎgøŠn=tæ Ÿwur ہs? Îû 9,øŠ|Ê $£JÏiB šcrãà6ôJtƒ ÇÊËÐÈ  
Artinya : 126. Dan jika kamu memberikan balasan, Maka balaslah dengan Balasan yang sama dengan siksaan yang ditimpakan kepadamu. akan tetapi jika kamu bersabar, Sesungguhnya Itulah yang lebih baik bagi orang-orang yang sabar.
127. bersabarlah (hai Muhammad) dan Tiadalah kesabaranmu itu melainkan dengan pertolongan Allah dan janganlah kamu bersedih hati terhadap (kekafiran) mereka dan janganlah kamu bersempit dada terhadap apa yang mereka tipu dayakan. (Q.S an-Nahl 126-127)

3.         Mengenal sebelum Memberi Beban
Para dai harus menjelaskan secara rinci apa-apa yang ingin mereka sampaikan kepada objek dakwah , sebelum memberi beban kepada mereka. Memberi tahu sumber makrifat dan segala motivasi serta tujuan yang melandasi semua amalan tersebut. Dai harus memberitahu sumber taklif atau landasan beramal agar hati orang yang beramal mantap dan menambah kesanggupannya dalam ketaatan.
Fase pengenalan sangat penting dalam dakwah, karena apabila seorang dai baik dalam mengemukakan awal dakwahnya berupa pengenalan, maka hati manusia akan terbuka untuk menerima dan mereka menjadi senang untuk melaksanakannya.

4.         Bertahap dalam Pembebanan
Pekerjaan yang paling sulit dan paling berat adalah aktivitas pendidikan dan pembinaan karena jiwa-jiwa beragam itu masing-masing  mempunyai tabiat yang khusus dan spesifik. Dari situlah diperlukan cara yang khusus untuk membina dan memperbaikinya.  Oeh karena itu Rasulullah memberikan jalan keluar yang berbeda kepada setiap orang, dan mengarahkan sesuai dengan tingkat kemampuannya. Kemudian setiap dai wajib bersikap lembut dan melakukan pendekatan serta terapi secara bertahap. Adapun tahap-tahap dalam memberikan pembebanan sebagai berikut :
a.         Berbicara kepada orang sesuai dengan kadar kemampuannya
b.        Menunda penjelasan
c.          Allah Yang Kasih mengajari kita
d.        Bersama Rasulullah sang guru
e.         Tidak melakukan suatu tindakan kebaikan karena khawatir orang salah paham lalu terjerumus dalam kesalahan lebih dalam lagi
f.         Kaidah yang harus diperhatikan

5.         Memudahkan bukan menyulitkan
Seorang dai wajib berbicara dengan manusia sesuai dengan kadar akalnya, sehingga memudahkan apa-apa yang terasa sulit dan menjelasakan apa-apa yang belum jelas bagi mereka. Diantara mempermudah itu adalah menjauhi sikap sok fasih dan berlebihan dalam berbicara. Ini adalah suatu sikap dan perbuatan yang dituntut untuk memiliki oleh setiap dai.

6.         Yang pokok sebelum yang cabang
Karena seorang dai wajib membawa objek dakwah menuju keluasan cakrawala islam dan mengarahkan pribadi mereka dengan penuh semangat dan keimanan kea rah kehidupan yang islami, yang akan membawa manusia kepada yang hakiki maka seorang dai perlu untuk terlebih dahulu melaksanakan apa-apa yang menjadi kewajiban dirinya,baru kemudian dia berupaya mengubah apa-apa yang ada pada orang lain sampai Allah berkehendak untuk mengubah itu semua dari kerusakan menjadi kebaikan.
Agar seorang dai dapat berinteraksi dengan jiwa madu, disini seorang dai wajib memulai dari yang pokok dengan metode yang mudah dipahami oleh objek objek dakwah, sehingga pesan dakwah sampai kepada mereka.
7.         Membesarkan Hati sebelum Memberi Ancaman
Seruan untuk berbuat kebaikan, melaksanakan ketaatan dan beristiqamah di atas perintah Allah adalah amal saleh yang sangat ditekankan dalam Al Quran dan sunnah. Semua itu didahului dengan berbagai janji dan kabar gembira yang banyak baik di dunia maupun di akhirat. Oleh karena itu setiap dai wajib mendahulukan kabar gembira sebelum ancaman.
Adapun cara-cara dalam membesarkan hati sebelum memberi ancamanyaitu :
a.         Masyhadah
b.        Muhasabah
c.         Muqasafah
d.        Muqarabah

8.         Memahamkan bukan Mendikte
Semua amal menuntut adanya pemahaman mendalam tentang pokok-pokok ajaran islam maupun cabang-cabangnya, dasar-dasar islam maupun detail ajarannya. Bukan sekedar nash-nash yang dibacakan saja, tetapi juga ruh yang menghidupkan dan cahaya yan menerangi jalan. Dia mempunyai kepedulian dan perhatian yang besar untuk melihat dirinya, orang lain dan kehidupan ini dengan mata hatinya yang tajam. Untuk itu seorang dai harus mampu menghidupkan suasana untuk menyampaikan risalah islam dengan pemahaman yang mendalam dan kepekaan yang tinggi. Karena islam bukan sekedar tumpukan nash-nash tekstual yang ditransfer dan diomongkan dari mulut ke mulut sebagaimana yang dipahami oleh sebagaian orang.

9.         Mendidik bukan Memperlakukan
Yaitu seorang dai tidak boleh mempermalukan madu apabila madu tersebut berbuat salah melainkan memberikan nasehat yang tidak membuat madu terpuruk dan putus asa tetapi memberikan nasehat yang mengandung motivasi dan memcerdaskan madu untuk kembali ke jalan islam.

10.     Muridnya Guru bukan  Muridnya Buku
Diantara kesalahan yang paling besar yang diambil oleh seorang da’I yang mengambil nash- nash Al-Qur'an dan hadits secara langsung dan berguru kepada buku, tanpa mau merujuk pada orang alim yang mempunyai keahlian dibidang itu. atau merujuk kepada seorang da’I yang ahli, yang bisa menjelaskan kepadanya tentang kesulitan–kesulitan  yang sedang dihadapi, berupa pemahaman dan segala sesuatu yang tidak dipahaminya.

D.      Konsep Dasar Fiqh Dakwah Dalam Memahami Sikap Dan Perilaku Sosial Manusia Dengan Lingkungannya
Aktivitas masyarakat dewasa ini berkembang begitu cepat dan pesat, melampaui kecepatan berpikir manusia. Demikian ungkap Dr. Ali Gom'ah, Mufti Negara Mesir. Realita ini berdampak pada munculnya penyikapan-penyikapan yang cenderung datar dan mengambang dari berbagai macam lapisan masyarakat, termasuk diantaranya para da'i. Sehingga tidak jarang sikap-sikap tersebut bukannya menyelesaikan masalah. Akan tetapi malah sebaliknya, semakin menambah runyam permasalahan yang ada.
Sebagaimana dalam surat an-Nahal ayat 44
ÏM»uZÉit7ø9$$Î/ ̍ç/9$#ur 3 !$uZø9tRr&ur y7øs9Î) tò2Ïe%!$# tûÎiüt7çFÏ9 Ĩ$¨Z=Ï9 $tB tAÌhçR öNÍköŽs9Î) öNßg¯=yès9ur šcr㍩3xÿtGtƒ ÇÍÍÈ  
Artinya : Keterangan-keterangan (mukjizat) dan kitab-kitab. dan Kami turunkan kepadamu Al Quran, agar kamu menerangkan pada umat manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka dan supaya mereka memikirkan.( QS. an-Nahal ayat 44)

1. subjek dakwah
Adapun subjek dakwah pada hakekatnya adalah Allah SWT. Kemudian dalam alquran dijelaskan subjek dakwah adalah para rasul dan orang-oran mukmin. Kemudian dapat diambil kesimpulan bahwa yang menjadi subjek dakwah ialah orang- orang mukmin. Sebagaimana dalam surat Ali-Imran 104 :
`ä3tFø9ur öNä3YÏiB ×p¨Bé& tbqããôtƒ n<Î) ÎŽösƒø:$# tbrããBù'tƒur Å$rã÷èpRùQ$$Î/ tböqyg÷Ztƒur Ç`tã ̍s3YßJø9$# 4 y7Í´¯»s9'ré&ur ãNèd šcqßsÎ=øÿßJø9$# ÇÊÉÍÈ    
Artinya : Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar. merekalah orang-orang yang beruntung.( Ali-Imran 104)




3.         Objek dakwah
Objek dakwah terbagi atas dua yaitu :
a.         Umat ijabah yaitu orang  islam yang sudah islam
b.        Umat dakwah yaitu umat non muslim

4.         Pesan atau materi dakwah
Ada dua yaitu :
a.         Makkiyah berupa keyakinan/ akidah (beribadah, berpuasa atau mengesakan Allah)
b.        Madaniyah yaitu masalah social

5.          Metode dakwah
Ada 3 metode dakwah berdasarkan surat an nahl 125 yaitu :
a.         Metode hikmah yaitu cara dakwah melalui beranekaragam informasi tentang pemberdayaan akal dalam dalam mengenal Tuhan dengan segala konsekuensi logis yang dapat mengantarkan orang lain untuk dapat berbuat kepada yang bermanfaat dalam menempuh kehidupan lahiriah dan batiniah. Yaitu berupa
1)        Komparatif
2)        Kisah
3)        Perumpamaan
4)        Sumpah
5)        Wisata
b.        Metode mauizatul hasanah yaitu metode dakwah dengan penerangan dan penyiaran sera bimbingan-bimbingan kepada masyarakat dengan mempergunakan gaya bahasa yang relevan dengan keadaan umat diiringi dengan dalil-dalil yang jelas. Yaitu dengan cara :
c.          
1)        Mempergunakan bahasa yang relevan
2)        Nasehat dan wasiat
3)        Memberi khabar gembira dan khabar petakut
4)        Uswatun hasanah

d.        Metode mujadilah al lati hiya ahsan yaitu metode dakwah dengan cara diskusi yang dilandasi argumentasi yang mempergunakan dalil yang kompleksitas dan dapat memberikan petunjuk. Yaitu dengan cara :
1)        Al asilah wa ajwibah (tanya jawab)
2)        Hiwar (dialog)


E.  PENUTUP
Sekian makalah kami. Untuk itu kami akan sangat senang sekali bila pembaca mau memberikan kritik dan saran yang membangun demi kemajuan makalah kami kedepannya. Terima kasih.










DAFTAR BACAAN
A. Hasyimi, Dustur Dakwah Menurut Al-Qur'an, bulan bintang,Jakarta:
Al-Qur'an dan terjemahan digital
Amin, Munir, Samsur. Ilmu Dakwah, Hamzah, Jakarta:2009
Aziz, Amin Abdul, Jum’ah, Fiqih Dakwah, intermedia,solo: 2005, hal 24
Aziz. Ali. Moh. Ilmu Dakwah Edisi Revisi, kencana, Jakarta: 2009
Kamus besar bahasa Indonesia digital
Natsir,M. Fiqhu Dakwah,media da’wah:1989
Sarwat, Ahamad, Pengertian Fiqih, artikel, minggu tanggal 24 – 02 – 2013 20:15
Zainal,Amin,Sayani,Bin,Nor. Fiqh Dakwah Perlu Dipahami Oleh Pendakwah, artikel. minggu tanggal 24 – 02 – 2013 jam 20: 20 









PRINSIP-PRINSIP DAKWAH DAN HAL-HAL YANG BERKAITAN DENGAN DAKWAH
Oleh: Wendra, Desi &Watil
A.      PENDAHULUAN
                Dakwah adalah mengajak manusia dengan cara bijaksana kepada jalan yang benar sesuai dengan perintah tuhan untuk keselamatan dan kebahagian mereka didunia dan di akhirat. Untuk keberhasilan kegiatan Dakwah tentu ada beberapa  faktor atau hal yang harus diperhatikan demi terwujudnya tujuan dakwah, terutama oleh para Da’i, dari segi persipan Da’i itu sendiri, pesan yang ia sampaikan dan bagaimana ia menyesuaikan diri dengan lingkungan Mad’u nya.  Disini pemakalah mencoba menguraikan apa itu sebenrnya Dakwah, dan faktor-faktor apa saja yang bisa menunjang keberhasilan Dakwah itu sendiri.

B.       PEMBAHASAN
1.      Makna Dakwa
Diantara makna dakwah secara bahasa adalah[10]:
a.         An-Nida artinya memanggil
b.        Ad-du’a ila sya’i, artinya Menyeru dan mendorong pada sesuatu
c.         Ad- -da’wat ila qadhiyat, artinya menegaskan atau membelanya baik yang terhadap hak ataupun yang batil, yang positif maupun yang negatif
d.        Suatu usaha berupa perkataan atau perbuatan untuk menarik manusia kesuatu aliran atau agama tertentu
e.         Memohon dan meminta yang sering   dengan istilah berdoa
 Makna dakwah menurut para ahli[11]:
a.         Abu Bakar Zakaria
              Dakwah adalah usaha para ulama dan orang-orang yang memiliki pengetahuan agama Islam untuk memberikan pengajaran kepada khalayak umum sesuai dengan kemampuan yang dimiliki tentang hal-hal yang mereka butuhkan dalam urusan dunia dan keagamaan.

b.        Syekh Muhammad al-Rawi
              Dakwah adalah pedoman hidup yang sempurna untuk manusia beserta ketetapan hak dan kewajibannya.

c.         Syekh Ali bin Salih al-Mursyid
Dakwah adalah sistem yang berfungsi menjelaskan kebenaran, kebajikan, dan petunjuk agama, sekaligus menguak berbagai kebathilan beserta media dan metodenya melalui sejumlah teknik, metode, dan media yang lain.

d.        Syekh Muhammad al-Khadir Husain
Dakwah adalah menyeru manusia kepada kebajikan dan petunjuk serta menyuruh kepada kebajikan dan melarang kemungkaran agar mendapat kebahagiaan didunia dan diakhirat.

e.         Syekh Muhammad al-Ghazali
Dakwah adalah program sempurna yang menghimpun semua pengetahuan yang dibutuhkan oleh manusia disemua bidang,agar ia dapat memahami tujuan hidupnya serta menyelidiki petunjuk jalan yang mengarahkannya menjadi orang-orang yang mendapat petunjuk.

f.         Prof. Toha Yahya Omar, M.A
Dakwah adalah mengajak manusia dengan cara yang bijaksana kepada jalan yang benar sesuai dengan perintah tuhan, untuk keselamatan dan kebahagiaan mereka didunia dan diakhirat.[12]

g.        Prof. A Hasjmi
Dakwah adalah mengajak orang lain untuk meyakini dan mengamalkan aqidah dan syariah Islamiyah yang terlebih dahulu telah diyakini dan diamalkan oleh pendakwah sendiri.

h.        Syaikh Ali Mahfudz
Dakwah adalah memotivasi manusia untuk berbuat kebajikan, mengikuti petunjuk, memerintahkan kebaikan dan mencegah kemungkaran agar mereka memperoleh kebaikan didunia dan diakhirat.

i.          M. Natsir
Dakwah adalah usaha-usaha menyerukan dan menyampaikan kepada perorangan manusia dan seluruh umat manusia konsepsi Islam tentang pandangan dan tujuan hidup manusia didunia ini, dan yang meliputi al-amar bi al-ma’ruf an-nahyu an al-munkar dengan berbagai macam cara dan media yang diperbolehkan akhlak dan membimbing pengalamannya dalam peri kehidupan masyarakat dan peri kehidupan bernergara.
j.          Prof.H.M. Arifin, M.Ed.
              Dakwah sebagai suatu kegiatan ajakan baik dalam bentuk lisan, tulisan, tingkah laku dan sebagainya yang dilakukauan secara sadar dan berencana dalam usaha mempengaruhi orang lain baik secara individual maupun secara kelompok agar timbul dalam dirinya suatu pengertian kesadaran, sikap, penghayatan, serta pengamalan terhadap ajaran agama sebagai message yang disampaikan kepadanya dengan tanpa adanya unsur-unsur pemaksaan. 
Makna dakwah sangat luas. Tak sekadar berceramah, bahkan terkadang tidak harus dengan mengajak. Melalui keteladanan, akhlak dan perilaku baik, bisa jadi kita telah berdakwah dan mendapat pahala-Nya[13].
Lafaz dakwah sering disebut dalam Al-Qur'an dan As-Sunnah. Maka untuk memahami arti dakwah, baik secara bahasa maupun istilah, kita perlu memahami maksud penggunaan lafaz dakwah dalam Al-Quran maupun As-Sunnah.
a)        Dakwah = Perintah
       Meminta dengan sangat untuk memenuhi seruandisambut ataupun tidak permintaan itu. Permintaan ini berkaitan dengan keyakinan, perkataan dan amal perbuatan. Hai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul apabila Rasul menyerumu kepada sesuatu yang memberi kehidupan kepadamu...(QS Al-Anfal [8]: 24).

b)        Dakwah = Undangan
       Dari Jabir ra bahwa Rasulullah saw bersabda, Jika salah seorang kalian diundang makan (duiya) maka datanglah (memenuhi undangan). Jika ia mau makan maka makanlah dan jika tidak mau makan maka tinggalkan/tidak menyantapnya, (HR Muslim, No. 3518).

c)        Dakwah = Permintaan
       Mereka berkata, 'Mohonkanlah kepada Tuhanmu untuk kami agar Dia menjelaskan kepada kami tentang (sapi betina) itu.' Musa menjawab, 'Allah berfirman bahwa sapi betina itu tidak tua dan tidak muda, (tetapi) pertengahan antara itu. Maka kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu,' (QS Al-Baqarah [2]: 68).

d)       Dakwah = Istighasah
       Berdoalah kepada Tuhanmu dengan rendah hati dan suara yang lembut. Sungguh, Dia tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas, (QS Al-Araf [7]: 55).
       Rasulullah saw bersabda, "Tidak berdoa seorang Muslim dengan suatu doa yang doanya itu tidak dicampuri sesuatu maksud jahat atau memutuskan silaturrahim, melainkan pastilah doa itu diperkenankan Tuhan dengan memenuhi satu dari tiga cara. Ada kalanya doa itu diterima dengan segera, adakalanya disimpan dahulu untuk persediaannya di akhirat, dan adakalanya dipalingkan daripadanya kejahatan yang seumpamanya."

e)        Dakwah = Seruan
       Dari Jabir bin Abdillah ra, Rasulullah saw bersabda, Barangsiapa yang mengatakan tatkala mendengar seruan (azan): Allahuma Rabba hadzihi ad-dawah ataamah wa sholatul qooimah aati muhammadan alwasilah wal fadzilah wab-atshu maqoman mahmudan aladzi waadtahu (Ya Allah Rabb yang menguasai seruan yang sempurna ini dan shalat yang akan didirikan ini, berilah Muhammad wasilah dan keutamaan dan utuslah beliau ke tempat yang terpuji seperti yang Engkau janjikan), maka orang tersebut pasti mendapatkan syafaat dariku kelak di hari kiamat, (HR Bukhari, No. 614).

II.       Keutamaan Dakwah[14]
          Allah dan Rasul membeikan perhatian khusus kepada para Da’i, dan Allah telah memberikan gambaran tentang orang-orang yang berdakwah di jalannya, sebagai orang yang paling baik perkataannya. Hal ini tertuang dalam firman-Nya QS. Fushilat(41):33

وَمَنْ أَحْسَنُ قَوْلا مِمَّنْ دَعَا إِلَى اللَّهِ وَعَمِلَ صَالِحًا وَقَالَ إِنَّنِي مِن الْمُسْلِمِين               

Arinya : Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh dan berkata: "Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri?".( QS. Fushilat(41):33)

              Ayat tersebut mengingatkan kepada para dai dan memberikan  sanjungan kepada mereka, bahwasanya tidak ada seorangpun yang lebih baik perkataannya daripada mereka, terutama para Rasul, kemudian para pengikutnya, sesuai dengan tingkatan mereka dalam dakwah ilmu, dan keutamaan.
              Rasulullahpun telah memberikan kabar gembira kepada para da’i bahwa barang siapa yang mengajak suatu kaum kepada kebaikan, maka dirinya akan memperoleh pahala, sebanyak pahala orang-orang yang mengikuti seruannya tersebut, tanpa mengurangi pahala orang yang bersangkutan tentunya.
              Dari ibnu  Uqbah bin Amr Al-Anshri Al-Badri, ia berkata: rasulullah bersabda: “barang siapa yang menunjukan kepada kebaikan, maka ia memperoleh pahala seperti pahala orang-orang yang melakukan kebaikan itu.” (HR. Muslim)
              Dakwah merupakan tugas mulia,  dan barang siapa yang mengerjakan Dakwah, maka ia termasuk orang-orang yang beruntung, firman Allah Q.S Ali-Imran: 104
`ä3tFø9ur öNä3YÏiB ×p¨Bé& tbqããôtƒ n<Î) ÎŽösƒø:$# tbrããBù'tƒur Å$rã÷èpRùQ$$Î/ tböqyg÷Ztƒur Ç`tã ̍s3YßJø9$# 4 y7Í´¯»s9'ré&ur ãNèd šcqßsÎ=øÿßJø9$# ÇÊÉÍÈ  
Artinya: Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar[15]; merekalah orang-orang yang beruntung.

              Banyak ayat Al-Quran dan hadits Rasulullah saw yang mengemukakan fadhail (keutamaan) dakwah yang sangat mulia. Dengan mengetahui, memahami, dan menghayati keutamaan dakwah ini seorang muslim akan termotivasi secara kuat untuk melakukan dakwah. Mengetahui keutamaan dakwah termasuk faktor terpenting yang mempengaruhi konsistensi seorang muslim dalam berdakwah dan menjaga semangat dakwah, karena keyakinan terhadap keutamaan dakwah dapat menjadikannya merasa ringan menghadapi beban dan rintangan dakwah. Beberapa keutamaan dakwah adalah[16]:

1.      Dakwah adalah Muhimmatur Rusul (Tugas Utama Para Rasul alaihimussalam)
         Para rasul alaihimussalam adalah orang yang diutus oleh Allah swt untuk melakukan tugas utama mereka, yakni berdakwah kepada Allah. Keutamaan dakwah terletak  pada disandarkannya kerja dakwah ini kepada manusia yang paling utama dan mulia yakni Rasulullah saw dan saudara-saudara beliau para nabi & rasul alaihimussalam.
قُلْ هَذِهِ سَبِيلِي أَدْعُو إِلَى اللَّهِ عَلَى بَصِيرَةٍ أَنَا وَمَنِ اتَّبَعَنِي وَسُبْحَانَ اللَّهِ وَمَا أَنَا مِنَ ‏الْمُشْرِكِينَ
Artinya : Katakanlah (Hai Muhammad): "Inilah jalanku: aku dan orang-orang yang mengikutiku berdakwah (mengajak kamu)  kepada Allah dengan hujjah yang nyata, Maha Suci Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik". (Yusuf (12): 108).
2.      Dakwah adalah Ahsanul A’mal (Amal yang Terbaik)
Dakwah adalah amal yang terbaik, karena da’wah memelihara amal Islami di dalam pribadi dan masyarakat. Membangun potensi dan memelihara amal sholeh adalah amal da’wah, sehingga da’wah merupakan aktivitas dan amal yang mempunyai peranan penting di dalam menegakkan Islam. Tanpa da’wah ini maka amal sholeh tidak akan berlangsung.
وَمَنْ أَحْسَنُ قَوْلاً مِّمَّن دَعَا إِلَى اللَّهِ وَعَمِلَ صَالِحًا وَقَالَ إِنَّنِي مِنَ الْمُسْلِمِينَ
Artinya : Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang berdakwah (menyeru) kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: "Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang menyerah diri?" (Fushilat (41): 33).
 3.   Para da’i akan memperoleh balasan yang besar dan berlipat ganda (al-hushulu ‘ala al-ajri al-‘azhim).
قَالَ رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم لِعَلِيٍ: فَوَاللَّهِ لَأَنْ يَهْدِيَ اللَّهُ بِكَ رَجُلاً خَيْرٌ لَكَ مِنْ أَنْ يَكُونَ لَكَ حُمْرُ النَّعَمِ. رواه البخاري ومسلم وأحمد
“Sabda Rasulullah saw kepada Ali bin Abi Thalib: “Demi Allah, sesungguhnya Allah swt memberikan hidayah kepada seseorang dengan (da’wah)mu, maka itu lebih baik bagimu dari unta merah.” (HR. Bukhari, Muslim & Ahmad).
3.      Da’wah dapat menjadi penyelamat dari azab Allah swt (An-Najatu minal ‘Azab)
Da’wah yang dilakukan oleh seorang da’i akan membawa manfaat bagi dirinya sebelum manfaat itu dirasakan oleh orang lain yang menjadi objek dawahnya (mad’u). Manfaat itu antara lain adalah terlepasnya tanggung jawabnya di hadapan Allah swt sehingga ia terhindar dari adzab Allah.
4.      Da’wah adalah Jalan Menuju Khairu Ummah
Rasulullah saw berhasil mengubah masyarakat jahiliyah menjadi umat terbaik sepanjang zaman dengan dakwah beliau. Dakwah secara umum dan pembinaan Da’i sebagai asset SDM dalam dakwah secara khusus adalah jalan satu-satunya menuju terbentuknya khairu ummah yang kita idam-idamkan. Rasulullah saw melakukan tarbiyah mencetak kader-kader dakwah di kalangan para sahabat beliau di rumah Arqam bin Abil Arqam ra, beliau juga mengutus Mush’ab bin Umair ra ke Madinah untuk membentuk basis dan cikal bakal masyarakat terbaik di Madinah (Anshar).

III.    Faktor-faktor keberhasilan Dakwah[17]
a.         Melakukan persiapan
                 Dalam permulaannya, dakwah harus disempurnakan persiapannya dan harus ditilik latar belakangnya, pengumpulan kekuatannya, dan menjaga hal-hal yang dibutuhkan oleh situasi, kondisi dan fakta yang ada.

b.        Ikhlas
                 Dari garis ikhlas ini dakwah dapat berjalan setelah beberapa pendahuluan dan pelajaran ini, maka berjalanlah modal utama dakwah dan penuntunnya yang berupa ikhlas dan pasrah diri (tawakal) kepada Allah.





c.         Pemahaman yang mendalam
                 Sebelum seorang da’I terjun kelapangan, alangkah akan baiknya bila terlebih dahulu da’I tersebuut memiliki pemahaman yang kuat dengan apa yang akan disampaikannya. Hal ini agar nantiny ada’I itu tidak salah dalam menyampaikan pesan- pesan ke pada mad’unya.

d.        Keimanan yang kuat
                 Iman adalah kekuatan dari segala- galanya. Bila iman kuat maka da’I akan mampu bertahan dalam kondisi dan situasi apapun dalam berdakwah.

e.         Kecintaan yang kukuh
                 Dakwah tidak akan berhasil bila da’I tidak menaruh perhatian yang besar kepada mad’unya.

f.         Kesadaran yang sempurna
                 Kesadaran yang sempurna yang dimaksud adalah bahwa tugas yang diemban oleh da’I adalah dia sebagai penyampai pesan- pesan keagamaan, jadi tidak mungkin dia bermain- main dalam hal itu.

g.        Kerja yang kontiniu
                 Dakwah tidak akan berhasil dalam waktu sehari atau sekali sampai saja. Tapi dakwah yang berhasil adalah dakwah yang dilakukan berulang – ulang dan terus menerus.


IV.    Keberhasilan Dakwah Rasulullah
              Rasulullah SAW adalah manusia teladan. Seyogyanya kita sebagai seorang muslim menjadikan beliau idola. Kita juga harus selalu berusaha mencontoh kepribadian yang baik yang ada dalam dirinya. Allah SWT berfirman dalam Al-Quran Surat  Al Ahzab/33:21
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا
Artinya : Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah. [QS. Al Ahzab/33:21]
Seorang da’i hendaknya memperhatikan siroh beliau. Darinya kita akan menemukan kesungguhan dan upaya Rasulullah SAW yang tidak pernah kenal lelah dalam gerak da’wahnya. Sebagai seorang manusia, Rasulullah tentu memiliki sifat manusiawi yaitu rasa sedih terhadap da’wah beliau yang tidak diterima oleh orang kafir, namun karena beliau dapat mengontrol dirinya, maka da’wah Islam terus berjalan. Allah SWT menggambarkan kepribadian beliau dalam firman-Nya surat At Taubah/9:128
لَقَدْ جَاءَكُمْ رَسُولٌ مِنْ أَنْفُسِكُمْ عَزِيزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ حَرِيصٌ عَلَيْكُمْ بِالْمُؤْمِنِينَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ
Artinya : Sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, Amat belas kasihan lagi Penyayang terhadap orang-orang mukmin. (QS. At taubah/9:128)
 فَلَعَلَّكَ بَاخِعٌ نَفْسَكَ عَلَى آثَارِهِمْ إِنْ لَمْ يُؤْمِنُوا بِهَذَا الْحَدِيثِ أَسَفًا
Artinya : Maka (apakah) barangkali kamu akan membunuh dirimu karena bersedih hati setelah mereka berpaling, Sekiranya mereka tidak beriman kepada keterangan ini (Al-Quran). [QS. Al Kahfi/18:6]
Selain kepribadian di atas, Rasulullah SAW juga adalah seorang utusan yang merupakan sosok pengamal ajaran Islam yang paling sempurna. Rasulullah SAW memiliki akhlak yang mulia. Kemuliaan akhlaq beliau tertulis dalam firman Allah SWT surat Al Qolam/68:4:
وَإِنَّكَ لَعَلى خُلُقٍ عَظِيمٍ
Artinya : ”Dan Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung” [QS. Al Qolam/68:4]
Rasulullah SAW tidak pernah cacat di masyarakatnya. Selain karena terlahir dari keluarga mulia, Nabi Muhammad SAW juga selalu dikenal hanya mengerjakan perbuatan yang mulia saja. Beliau memiliki prestasi yang diakui oleh ummatnya sejak usia belia.
Faktor kesempurnaan Islam dan kepribadian Rasulullah SAW memungkinkan lahirnya faktor utama yaitu faktor “kebersamaan Allah SWT dan pertolongan-Nya” yang memang hal itu telah menjadi janji Allah SWT yang tertulis dalam Al-Quran surat Muhammad/47:7:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنْ تَنْصُرُوا اللَّهَ يَنْصُرْكُمْ وَيُثَبِّتْ أَقْدَامَكُمْ
Arinya : “Hai orang-orang mukmin, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu..” [QS. Muhammad/47:7]
Ayat di atas sama dengan ayat 40 dalam Surat Al-Hajj. Dalam Surat Al-Hajj ayat 40 itu tertera sifat Allah yaitu Allah Maha Kuat dan Maha Perkasa. Allah menyatakan diri-Nya memiliki sifat Mahakuat dan Mahaperkasa. Dengan kekuatan-Nya, Allah menciptakan segala sesuatu lalu menetapkan kadarnya, dan dengan keperkasaan-Nya tidak ada yang dapat memaksa-Nya dan tidak ada pula yang dapat mengalahkan-Nya. Bahkan segala sesuatu tunduk dan membutuhkan-Nya. Dan siapa yang ditolong Yang Mahakuat dan Mahaperkasa, maka dia pasti menang dan musuhnya pasti kalah. Pertolongan Allah SWT akan datang tatkala hamba-Nya menolong agama-Nya. Allah selalu bersama orang-orang yang senantiasa menegakkan Islam. Sebagai seorang mu’min hendaknya kita selalu tegar dalam menghadapi para musuh Allah. Sesungguhnya mereka semua tidak ada apa-apanya di mata Allah. Setelah kita meyakini benar bahwa Islam adalah agama yang Haqq kemudian kita merealisasikannya dalam perbuatan kita dan senantiasa berda’wah dalam rangka menolong agama Allah ini, maka insya Allah pertolongan-Nya akan datang.
C.      PENUTUP
                Kami menyadari bahwa makalah kami masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu kami sangat berbesar hati jika ada dari teman-teman semua yang mau memberi penambahan ataupun kritikan demi lebih bagusnya makalah untuk selanjutnya semoga ilmu yang kami sajikan dapat diambil manfaatnya, terimaksih, Wassalam…

DAFTAR BACAAN
Drs. Samsul Munir Amin, M.A, ilmu dakwah, Amzah:jakarta,2009.
Fathul Bahri an-Nabiry, Amzah, jakarta:2008.
http://www.ummi-online.com/berita-198-apa-makna-dakwah-kita.html
http://ikadi.or.id/artikel/fiqh-dakwah/733-keutamaan-dakwahfadhailaddawah.html
http://bintuahmad.wordpress.com/2012/05/16/faktor-faktor-keberhasilan-dawah-rasulullah-saw/
Juma’ah Amin Abdul azis, Fiqih Dakwah, Era Intermedia, Solo:2005.
Prof.Dr.Moh. Ali azis, Mag, ilmu dakwah, kencana:2004.
Sayyid Muhammad Alwi al-maliki al-hasani, kiat sukses berdakwah, al-haramah II ath-thaba’ah wa An-Nasyr wa at- tauzi,Amzah, jakarta.



[1] Moh. Ali aziz, ilmu dakwah edisi revisi, kencana prenada media group, Jakarta : 2009. Hal 157
[2] ibid Hal156
[3] Ahamad sarwat, pengertian fiqih, artikel, minggu tanggal 24 – 02 – 2013 jam 20: 15
[4] Ahamad sarwat, pengertian fiqih, artikel, minggu tanggal 24 – 02 – 2013 jam 20: 15
[5] Jum’ah amin abdul aziz, fiqih dakwa, intermedia,solo: 2005, hal 24
[6] Nor Amin Sayani Bin Zainal, fiqh dakwah perlu dipahami oleh pendakwah, artikel. minggu tanggal 24 – 02 – 2013 jam 20: 20
[7] A. Hasyimi, dustur dakwah menurut Al-Qur'an, bulan bintang,Jakarta: 1974 hal 1
[8] Moh. Ali aziz, ilmu dakwah edisi revisi, kencana prenada media group, Jakarta : 2009. Hal 160
[9] Kaidah dalam kamus besar KBBI berarti rumusan asas yg menjadi hukum; aturan yg sudah pasti; patokan; dalil.
[10] Juma’ah Amin Abdul azis, Fiqih Dakwah, Era Intermedia, Solo:2005, hal 24.
[11] Prof.Dr.Moh. Ali azis, Mag, ilmu dakwah, kencana:2004, hal 11.
[12]  Drs. Samsul Munir Amin, M.A, ilmu dakwah, Amzah:jakarta,2009, hal 3
[13] http://www.ummi-online.com/berita-198-apa-makna-dakwah-kita.html
[14] Fathul Bahri an-Nabiry, Amzah, jakarta:2008, hal 63
[15] Ma'ruf: segala perbuatan yang mendekatkan kita kepada Allah; sedangkan Munkar ialah segala perbuatan yang menjauhkan kita dari pada-Nya
[16] [16] http://ikadi.or.id/artikel/fiqh-dakwah/733-keutamaan-dakwah-fadhail-addawah.html
[17] Sayyid Muhammad Alwi al-maliki al-hasani, kiat sukses berdakwah, al-haramah II ath-thaba’ah wa An-Nasyr wa at- tauzi,Amzah, jakarta:2006 hal 3

Tidak ada komentar:

Posting Komentar